JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan biaya investasi dan operasi pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela menyentuh di angka 34,74 miliar dollar AS setara dengan Rp 535,96 triliun (asumsi kurs Rp 15.428 per dollar AS) saat ini.
Estimasi anyar itu muncul selepas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyetujui Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan yang Pertama (POD I) Lapangan Abadi WK Masela pada 28 November 2023.
Revisi rencana pengembangan itu telah memasukkan investasi pemasangan fasilitas penangkapan karbon atau carbon capture storage (CCS), sementara target operasi proyek dipatok pada 2030 atau tujuh tahun mendatang.
“Inpex dapat melaksanakan kegiatan pengembangan Lapangan Abadi sesuai PoD,” kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji lewat siaran pers dikutip, Senin (4/12/2023).
Spesifiknya, Inpex bakal melaksanakan desain dan rekayasa atau front-end engineering and design (FEED) untuk OLNG, FPSO, GEP dan SURF pada 2024, site preparation pada 2025 dan drilling preparation pada 2026. Perkiraan biaya untuk rencana pengembangan itu meliputi biaya investasi di luar sunk cost sebesar 20,94 miliar dollar AS (termasuk di dalamnya investasi CCS sebesar 1,08 miliar dollar AS), biaya operasi sebesar 12,97 miliar dollar AS dan biaya Abandonment and Site Restoration (ASR) sebesar 830 juta dollar AS.
Seperti diketahui, kontrak kerja sama (KKS) Wk Masela ditandatangani pada 16 November 1998 untuk jangka waktu 30 tahun dan telah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun serta perpanjangan 20 tahun belakangan, dengan demikian kontrak ladang gas abadi itu bakal berakhir pada 15 November 2055.
Pemegang Partisipasi Interes WK Masela saat ini adalah Inpex Masela Ltd (65%) sekaligus sebagai operator; PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%); dan Petronas Masela Sdn. Bhd (15%).
Sebelumnya, operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia ihwal kebutuhan amandemen ulang production sharing contract atau PSC proyek LNG Abadi Blok Masela. Amandemen kontrak diharapkan dapat membuat keekonomian proyek strategis nasional (PSN) itu lebih menarik di tengah komitmen Inpex untuk memasukkan fasilitas CCS dalam rencana pengembangan yang telah dikirim pada April 2023.
Inpex menargetkan biaya pengembangan bisa ditekan optimal dengan tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) berada di rentang 10%.
“Kita tidak hanya mengharapkan IRR akan berada di rentang 10%, tapi kami telah memulai negosiasi dengan pemerintah, apa negosiasinya kita tidak dapat memberi tahu sekarang isinya,” kata Managing Executive Officer Senior Vice President Asia Projects Inpex Akihiro Watanabe saat Inpex Investor Day 2023 dikutip Rabu (29/11/2023).
Inpex mengajukan ongkos pemasangan dan operasi CCS bisa dibebankan ke dalam kontrak bagi hasil atau PSC yang saat ini didorong untuk diamandemen. Rencananya, biaya operasi CCS langsung dibayarkan lewat penjualan gas dan kondesat dari proyek lapangan mendatang.
“Untuk mengamankan rencana ini, PSC itu perlu diamandemen itu yang saat ini sedang kami pikirkan, sekali itu terwujud kami berencana untuk mulai menjalankan proyek akhir tahun ini atau tahun depan,” kata dia.
Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diperkirakan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta mtpa dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd). Proyek yang semula diperkirakan menelan biaya investasi hingga 19,8 miliar dollar AS itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.
Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10% kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.agk,jef