Ban Motor Pecah hingga Tangkal Penjarah Demi Jaga Aset Negara

oleh -96 views
Petugas pipeline checker saat berpatroli mengontrol kondisi pipa minyak di Distrik I Kawengan Kabupaten Bojonegoro. (dok. PT Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Cepu)


Usianya memang sudah tidak muda lagi. Akan tetapi semangat Sungkono (54) menjaga objek vital nasional (obvitnas) lapangan migas di perbatasan Kabupaten Bojonegoro dan Tuban ini masih tetap terpancar. Padahal sudah lebih 30 tahun Sungkono menjalani tugas sebagai pemantau pipa minyak atau dikenal pipeline checker di Distrik 1 Kawengan PT Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Cepu.

Bapak tiga anak ini terlihat masih sigap dan cekatan mengendarai motor trail berbojengan dengan rekannya saat berpatroli menyusuri hutan untuk memeriksa jalur pipa minyak yang berjarak puluhan kilometer. Jalan terjal, berkelok tajam, curam dan licin saat musih hujan sudah menjadi pemandangan dan ‘santapan’ sehari- hari Sungkono.

Lapangan Distrik 1 Kawengan memang berada di wilayah dataran tinggi cukup luas. Hal inilah yang menjadikan medan operasi sumur produksi dan sumur injeksi tersebar di seluruh area, mulai area dataran rendah, dataran tinggi hingga area pemukiman warga. Bahkan ada memasuki area hutan di mana akses jalan cukup terjal, berbatu dan di tepi jurang.

Saat musim penghujan tiba sudah menjadi hal yang biasa dilakukan petugas pipeline checker saat berpatroli di beberapa area dengan berjalan kaki dari satu titik ke titik selanjutnya dikarenakan akses roda dua tidak memungkinkan lagi. Terlalu berisiko jika bersepada motor lantaran jalan yang umumnya masih makadam ini sangatlah licin.

“Ban motor pecah sudah sering kami alami, terpaksa melakukan perbaikan kendaraan terlebih dahulu di area terdekat sebelum melanjutkan tugas,” cerita Sungkono kepada Global Energi, Sabtu (28/10/2023).

Apalagi saat menjalankan operasi pemantauan di malam hari, maka membutuhkan tindakan ekstra hati-hati mengingat medan operasi yang cukup berbahaya disertai masih sangat minim penerangan jalan. Potensi kejahatan saat berpatroli juga menjadi tantangan tersendiri. “Daerah hutan masih sepi terkadang kita sering bertemu seseorang yang tidak kami kenal. Maka saya harus berhati-hati. Tapi Alhamdulillah masih aman. Ya, kami sertai terus berdoa,” tutur Sungkono.

Ketika berpatroli kerap petugas pipeline checker menemukan aksi kejahatan berupa pencurian atau penjarahan minyak dengan melubangi atau memotong pipa. Jika memergoki kasus tersebut ada dua kemungkinan terjadi, yakni penjarah ini melarikan diri atau terjadinya potensi penyerangan ke petugas pipeline checker. Ini mengingat hanya dua personel dan menggunakan kendaraan motor.

“Tapi dalam beberapa kasus para penjarah langsung melarikan diri dan meninggalkan lokasi TKP saat menjumpai petugas. Selanjutnya kami melaporkan ke pengawas produksi dan sekuriti, “ kata Sungkono.

Potensi pencurian dan hilangnya aset perusahaan berupa flowline atau trunkline sangat mungkin terjadi. Ini mengingat fasilitas flowline, trunkline serta fasilitas operasi produksi yang lain tersebar cukup luas dari wilayah barat dan wilayah timur. Sementara petugas pengawasan masih minim perlindungan menjadikan rawan terjadinya tindak kejahatan pencurian.

Menurut Sungkono, jadwal program patroli yang dilaksanakan tim pipeline checker secara periodik dan bergantian dari fasilitas satu ke fasilitas yang lain terkadang menjadikan celah ruang dimanfaatkan bagi pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya. “Sehingga perlu adanya evaluasi bersama agar potensi kejahatan pencurian dapat diminimalisir khususnya pada saat malam hari,” usulnya.

Ancaman Hewan Buas
Tak hanya itu, mengingat lokasi di kawasan hutan maka ancaman serangan binatang buas kerap dialami tim pipeline checker, di antaranya ular kobra yang menghalangi akses jalan petugas. Babi hutan yang mengharuskan petugas tetap tenang dan memastikan kondisi aman saat menghadapi kejadian tersebut. “Sehingga aspek keselamatan tetap menjadi pedoman dasar selama kami melaksanakan tugas,” ujar Masyudi (44), petugas pipeline checker Distrik 1 Kawengan lainnya.

Petugas pipeline checker Distrik I Kawengan saat berpatroli menggunakan motor trail. (dok. PT Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Cepu)

Saat berpatroli di lapangan, petugas beberapa kali juga menemukan kebocoran pada flowline sumur produksi atau sumur injeksi. Ini mengingat area dari sumur penampungan (SP) ke kantor Distrik I Kawengan berjarak 12 km. Selanjutnya dari sumur penampungan utama (SPU) sampai Main Oil Storage (MOS) Menggung di Cepu Blora berjarak 20 km. Di mana di masing-masing dua lokasi tersebut kondisi pipa sering trouble flow line bocor akibat korosif. Bahkan sering menjumpai dipotong orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga menimbulkan beberapa kerugian aset dan dampak pencemaran minyak.

“Jika menemukan kasus semacam ini mengharuskan kami segera melakukan pengamanan dan komunikasi dengan pengawas produksi serta well checker untuk melakukan isolasi (shut in) sumur guna mencegah terjadinya spill oil di sekitar area kebocoran,” tambah Rohandi Yusup (33), rekan se-tim Masyudi.

Selain itu, seringkali petugas pepiline checker mendapat keluhan dan komplain dari warga sekitar yang kebetulan lahanya terdampak spill dan sedang dalam proses penyelesaian dengan perusahaan. “Saya pernah kena omelan warga yang terdampak kebocoran flowline Kw61 di area kawasan hutan yang ditanami jagung kena spill. Mereka minta ganti rugi. Ya, kita lakukan komunikasi dengan mereka dan langsung kita laporkan ke pengawas produksi untuk diteruskan fungsi terkait untuk menyelesaikan. Sambil menunggu penanganan kita lakukan proteksi (penyekatan) agar tidak meluas,” ujar Sungkono.

Lapangan Kawengan sendiri merupakan lapangan tua, ditemukan 1894 oleh Belanda. Letak sekitar 20 km sebelah utara kota Cepu. Memiliki enam lapisan produktif (L1-L6), kedalaman 400–600 mbpl, merupakan Formasi Ngrayon (Miosen Tengah). Lingkungan pengendapan Transisi-Deltaik. Struktur antiklin tersesarkan memanjang tenggara barat laut, panjang sekitar 13 km dan lebar sekitar ½ – 1 km.

Lapangan migas pada struktur Kawengan kurang lebih 18 km arah timur laut dari Kota Cepu, dengan luas produktif diperkirakan meliputi sepanjang 13,2 km dengan lebar 1 km pada bagian barat dan 1,5 km bagian timur. Secara geografis lapangan minyak Kawengan ini terdiri dari 3 kecamatan yaitu, pada bagian barat adalah kecamatan Kasiman, bagian tengah kecamatan Senori, dan bagian timur adalah kecamatan Malo. Kecamatan Kasiman dan Malo termasuk dalam daerah Kabupaten Bojonegoro, sedangkan kecamatan Senori termasuk dalam daerah Kabuapten Tuban.

Lapangan Kawengan terletak pada perbukitan Rembang dan dipisahkan dari pegunungan Kendeng oleh suatu jalur sinklinal yang disebut zona Randublatung. Dimana keseluruhan perbukitan ini berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan ke tinggian Lapangan Distrik I Kawengan berada di ketinggian 100-250 mdpl.

Operator TPN, KWG, Gath Station & Well & Pipeline Distrik 1 Kawengan Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Серu Rudi Setianto mengatakan, sampai saat ini produksi minyak di Lapangan Distrik 1 Kawengan mencapai 515 barel per hari (bopd). Sedangkan jumlah sumur tercatat 41 sumur, yang terdiri 31 sumur produksi dan 10 sumur dalam program perawatan.

“ Terkait rencana penambahan sumur baru masih menunggu informasi lebih lanjut terkait rencana pemboran Sumur PXA-01,” kata Rudi kepada Global Energi, Sabtu (28/10/2023).

Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Серu sendiri merupakan bagian wilayah operasi dari Regional 4 yang saat ini bermitra dengan Kerjasama Operasi Pertamina EP (KSO-EP) Geo Cepu Indonesia dan Kerjasama Operasi Pertamina EP (KSO-PEP) Foster Trember Petroleum Ltd, Kerjasama Operasi Pertamina EP (KSO-PEP) Tetawun Banyubang Blora Energi, dan Kerjasama Operasi Pertamina EP (KSO-PEP) Tetawun Gegunung Energi. Wilayah Operasi Field Cepu meliputi 3 Kebupaten, yakni Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, dan Kota Semarang. Wilayah kerja tersebut meliputi lebih dari 50 Desa Ring 1.

Selain mengelola Distrik I Kawengan, saat ini Pertamina EP Regional 4 Field Cepu juga mengelola dua struktur dalam tahap eksplorasi, yakni struktur Tapen yang terletak di Kabupaten Tuban dan struktur Tiung Bitu yang berada di wilayah KPH Parengan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dan secara geografis terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bojonegoro. Kedua struktur tersebut menghasilkan rata-rata 2.900 barrel oil per day (BOPD). SP Tapen merupakan lapangan migas baru yang ditemukan pada tahun 2016, terletak di desa Senori, Tuban, Jawa Timur. SP Tapen ini memiliki enam sumur, masing-masing u TPN-01, TPN-02, TPN-03, TPN-04, TPN-05, TPN-6.

Kemudian mengelola Distrik II Nglobo – Ledok – Semanggi – Banyuasin – Wonosemi di Desa Ledok Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak di sebelah utara kecamatan Sambong, daerah Ledok sendiri terdapat 25 sumur yang masih berproduksi tetapi banyak kilang kilang minyak yang dikelola oleh masyarakat setempat secara tradisional.

Selanjutnya Central Processing Plant (CPP) Area Gundih merupakan salah satu lokasi sumur pengeboran milik Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Cepu, dimana area ini memiliki pembangkit listrik sendiri sehingga dalam proses produksinya tidak bergantung dari suplai PLN. Pembangkit yang dimiliki merupakan pembangkit listrik konvensional tenaga diesel (PLTD).

Terakhir mengelola Main Oil Storage (MOS) Menggung, yang merupakan tempat penampungan minyak dari sumur-sumur Pertamina, Paguyuban maupun dari pihak Kerja Sama Operasi (KSO).

“Dari Distrik I Kawengan minyak yang dikirim ke MOS Menggung adalah minyak yang sudah terakumulasi dari SP kemudian dikirim ke SPU dan dari SPU akan dikirim ke MOS Menggung dengan jarak flowline sekitar 20 km,” papar Rudi.

Ujung Tombak
Dihubungi terpisah, Senior Supervisor Distrik 1 Kawengan PT Pertamina EP Regional 4 Zona 11 Field Cepu Mashari menuturkan, setiap hari ada dua personel pepiline checker yang bertugas melakukan pengecekan secara visual terkait kondisi flowline dan trunkline di wilayah operasi produksi distrik 1 Kawengan. Mereka bertugas melakukan pengecekan flowline dari tiap-tiap sumur produksi dan sumur injeksi sampai ke stasiun pengumpul (SP) secara periodik, bergantian dan berkelanjutan. Selanjutnya melakukan pengecekan trunkline produksi dan injeksi dari stasiun pengumpul (SP) menuju stasiun pengumpul utama (SPU), serta pengecekan jalur trunkline pada saat proses pengiriman crude oil dari stasiun pengumpul utama (SPU) Kawengan menuju MOS Menggung di Cepu Blora via jalur trunkline sejauh 20 km.

“Jadi cukup jauh jarak tempuh mereka dan medannya tergolong cukup berat,” kata Mashari kepada Global Energi, Sabtu (28/10/2023).

Mengingat operasional produksi lapangan Distrik 1 Kawengan ini berada di area dengan kondisi kontur dan lingkungan yang beraneka ragam, kata Mashari, maka pekerjaan pepiline checker sebagai ujung tombak bagi kelancaran kegiatan operasi produksi sangat diperlukan. Sebab melalui petugas pepiline checker perusahaan dapat memonitoring dan pengawasan kondisi real operasional produksi di lapangan Distrik 1 Kawengan secara sistematis dan berkelanjutan, serta mengetahui kondisi aset-aset berupa pipa flowline dan trunkline perusahaan yang tersebar di seluruh area.

Lantaran itu, keberadaan pipeline checker ini cukup besar membantu dalam kelancaran operasi di Lapangan Distrik-1 Kawengan dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional. “Mereka sangat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan,” ujaranya.

Meski menghadapi berbagai rintangan dan hambatan saat bertugas, Sungkono mengaku, bangga sebagai petugas pepiline checker. Ia anggap tugas ini sebagai amanah untuk tetap sekuat tenaga ikut menjaga produksi minyak.“ Setidaknya kita diberikan tanggungjawab menjaga keamanan pipa minyak berarti secara tidak langsung ikut menjaga ketahanan energi nasional,” tutup Sungkono bernada bangga yang diamini rekan se-timnya. agung kusdyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.