Program Smart Meter PLN Berlanjut di Beberapa Kota

oleh -97 views


JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program smart metering oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah mulai dijalankan.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengungkapkan, implementasi smart metering merupakan salah satu bagian dari program Pengembangan Smart Grid yang tertuang dalam Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.

Adapun, program smart metering berbasis Advanced Metering Infrastructure (AMI) oleh PLN telah dilakukan sejak 2021 lalu. Tercatat, sebanyak 103.615 pelanggan di Jakarta, Bandung dan Surabaya telah menggunakan smart metering berbasis AMI ini.

“Tahun 2023, Pemasangan 1,2 Juta pelanggan AMI, terdiri dari 500.000 pelanggan di UID Bali, 200.000 pelanggan di UID Jakarta Raya dan masing-masing 100.000 pelanggan di UID Jabar, UID Jateng & DIY, UID Jatim, UID Sumut. dan UID Sulselrabar,” kata Jisman di Jakarta, Selasa (5/6/2023).

Jisman menjelaskan, tujuan Implementasi AMI antara lain untuk transaksi bisnis yang akurat serta mendorong penguatan data manajemen sistem. Selain itu, program ini juga dinilai dapat menciptakan efisiensi, hingga pengembangan produk untuk customer experience.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mennambahkan, hingga akhir tahun 2023 program ini akan dilaksanakan bagi 1.217.256 pelanggan secara bertahap dan mencakup beberapa daerah seperti di Jawa Timur (Sidoarjo), Jawa Tengah (Magelang), Jawa Barat (Bandung), Jakarta, Banten, Bali, Medan, dan Makassar mulai bulan Juni 2023.

PLN sudah memulai penelitian dan uji coba smart meter AMI ke pelanggan di sejumlah lokasi. Jumlah pelanggan yang sudah menggunakan smart meter berbasis AMI hingga saat ini sudah sebanyak 103.615 pelanggan.

Menurut Darmawan, sejumlah negara yang sudah menerapkan smart meter AMI terbukti mampu menghemat penggunaan energi dan menekan biaya operasional untuk pengecekan meter secara langsung. Di Austria misalnya, penerapan AMI tercatat mampu menghemat energi hingga 55% dan menghemat biaya operasional hingga 19%. Sementara Belanda mampu menghemat 15% energi, dan menekan biaya operasional hingga 15%.

Darmawan menambahkan, produk smart meter berbasis AMI juga tidak hanya bermanfaat untuk kelistrikan, namun bisa dikembangkan untuk bisnis beyond kWh.

“AMI juga bisa dikembangkan ke produk beyond kWh, mulai dari energi baru terbarukan, kendaraan listrik, internet, teknologi pertanian, perangkat smart home, smart prepayment,” tutur Darmawan

Biaya 70 Dollar AS
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan, umumnya untuk pengadaan satu unit smart meter membutuhkan biaya sekitar 50 dollar AS hingga 70 dollar AS.

“Ini belum dengan infrastruktur pendukungnya untuk komunikasi dan akuisisi data. PLN harus bangun infrastrukturnya, tidak saja memasang meter di pelanggan,” kata Fabby.

Menurut Fabby, smart meter memiliki keunggulan yaitu komunikasi langsung antara PLN dengan pelanggan. Penggunaan smart meter memungkinkan PLN memperoleh akses pada pola beban pemakaian listrik dan kendali atas meter pelanggan.

“Fitur yang ada misalnya kendali jarak jauh untuk memutus aliran listrik pelanggan apabila menunggak. Selain itu PLN dapat mengetahui pola beban listrik pelanggan, Informasi ini dapat dipakai PLN untuk mengoptimalkan operasi pembangkit dan diharapkan akan memberikan efisiensi penyediaan listrik PLN,” imbuh Fabby.agk,jef

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.