IPO PHE untuk Bayar Utang dan Belanja Modal

oleh -193 views

JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bakal menawarkan saham perdana ke publik di kisaran 10-15% di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun depan. Dana Porsi penawaran itu diharapkan dapat meningkatkan diversifikasi pendanaan PHE yang selama ini bertumpu pada sokongan dari induk usaha, PT Pertamina (Persero).

PHE telah melakukan registrasi ke OJK pada tahap ke-1 dan ke-2. Adapun, registrasi itu tengah direview lebih lanjut oleh OJK saat ini.

“Kita berharap PHE bisa terus melakukan pengembangan bagi blok-blok Migas yang sudah dimiliki saat ini serta melakukan pengembangan blok Migas di luar Indonesia,” kata Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, saat menyampaikan rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) PHE di depan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Pahala mengatakan, PHE tengah melakukan market sounding untuk menjajaki potensi permintaan yang bisa dikumpulkan terkait rencana aksi korporasi tersebut. Sebelumnya, PHE mengusulkan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) untuk peningkatan kegiatan hulu minyak dan gas bumi (migas) tahun depan mencapai sekitar 4,1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 64,31 triliun (asumsi kurs Rp 15.686).

Bayar Utang
Pahala juga menjelaskan, dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini akan digunakan untuk membayar utang dan belanja modal atau capital expenditure (capex). Dimana utang yang dimiliki PHE telah mencapai 4,5 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 70,20 triliun kepada pihak ketiga hingga saat ini.

“Saat ini total pembiayaan dari pihak ketiga khususnya dalam bentuk utang itu kurang lebih sekitar 4,5 miliar dollar AS. Dari sisi jumlah utang yang kita miliki sudah cukup besar,” kata Pahala.

Di sisi lain, Pahala menggarisbawahi, kebutuhan belanja modal dari 2022 hingga 2024 diproyeksikan bakal menembus di angka 15 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 234,01 triliun.

“Jumlah yang besar tentunya kalau berharap dari sumber sumber cash internal itu tentunya kita akan membutuhkan pendanaan dari pihak ketiga termasuk perbankan dan pasar modal,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata Pahala, langkah kementerian untuk melakukan IPO kepada PHE disebut bisa mendatangkan dampak positif seiring momentum harga minyak dan gas bumi yang tinggi.

Pertamina sebagai holding memang mendapat untung dari penjualan minyak dan gas, tapi di sisi lain keuntungan tersebut musti dialirkan kepada sektor hilir untuk penyediaan BBM, khususnya untuk alokasi pendanaan pada distribusi BBM bersubsidi.

“Tentunya butuh adanya pinjaman juga kepada hilir untuk bisa melakukam distribusi BBM, dan ini menjadi prioritas Pertamina untuk memberi kepastian penyediaan BBM,” ujar Pahala.

Selain itu, masih sedikitnya perusahaan migas yang melantai di bursa efek juga dilihat sebagai peluang yang meyakinkan. “Keterbatasan emitem migas di bursa efek dan momentum harga minyak dan gas ini bisa mendorong sentimen yang positif dari pasar modal Indonesia,” ujar Pahala.

Direktur Utama PT PHE, Wiko Migantoro mengatakan, usulan itu disampaikan untuk pengembangan serta eksplorasi lapangan migas potensial yang lebih agresif tahun depan. Sementara itu, sejumlah lapangan andalan PHE telah mengalami penyusutan produksi atau declined rate lebih dari 50 persen.

“Kalau dulu kami hanya main di low risk, namun hasilnya orang bilang tidak terlalu big fish, kami masukkan juga tahun depan 22 persen untuk high risk,” kata Wiko saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (10/11/2022).

Rencana kerja itu, kata Wiko, juga berasal dari tingkat keberhasilan penemuan sumur eksplorasi subholding hulu Pertamina yang sudah mencapai 64 persen hingga triwulan ketiga tahun ini.

Secara nasional, keberhasilan penemuan sumur eksplorasi sudah mencapai 77 persen atau lebih tinggi dari torehan pada periode yang sama tahun lalu di angka 55 persen.

“Ini semua tentu berkaca dari keberhasilan kami di eksplorasi tahun sekarang ini, di mana success ratio kami 64 persen dan sampai saat ini sudah menemukan sumber daya tambahan sekitar 280 Mboepd, ini cukup lumayan,” kata Wiko.

PHE melaporkan sejumlah lapangan tua yang saat ini dikelola Pertamina mengalami penurunan produksi alamiah atau declined rate lebih dari 50 persen. Sejumlah WK yang tercatat mengalami penurunan produksi signifikan itu, di antaranya Rokan, Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), dan PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS). Kendati demikian, PHE melaporkan sejumlah lapangan yang berhasil menorehkan produksi melebihi target berasal dari WK Offshore North West Java (1,7 Mbopd), PEP Jatibarang (0,9 Mbopd), PT Pertamina Hulu Mahakam (1,3 Mbopd & 30 MMscfd), JOB Tomori (22 MMscfd) dan Corridor (6 MMscfd).agk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.