Oleh : Dr Ibrahim Hasyim
SEPANJANG tahun 2020 dan tidak menutup kemungkinan akan berlanjut pada 2021, sejumlah perusahaan yang berinduk ke perusahaan minyak global gencar membangun SPBU di Indonesia. Terutama Shell dan BP-AKR. Secara keseluruhan, selain keduanya, ada Total, Vivo dan ExxonMobil. Yang terakhir ini bermain di SPBU kecil.
Ada sejumlah pertanyaan memang. Seperti disaat pandemic seperti ini, investasi di sektor ini (SPBU) mengapa gencar? Dari perspektif global, ada logikanya. Pada saat ini telah terjadi penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di negara maju dan sebaliknya naik di negara di Asia dan Afrika. Maka tak heran, perusahaan minyak global di sektor hilir mulai melebarkan pasarnya masuk ke negara Asia dan Afrika, terutama bermain di retail dengan membangun SPBU.
Diliriknya pasar Indonesia, bisa jadi karena masih ada pertumbuhan konsumsi dan masih banyak relung relung pasar terutama untuk kebutuhan jutaan sepeda motor yang kian meningkat dan menyebar ke seluruh pelosok nusantara. Penduduk kita sudah mencapai kisaran 270 juta. Sementara jumlah SPBU hingga saat ini masih kisaran 7.200, sebanyak 7.026 di antaranya milik PT Pertamina (Persero). Itupun bertumpuk di pulau Jawa.
Maka sebenarnya yang harus dipacu berkembang adalah jumlah stasiun pengisian bbm dalam skala kecil yang menyebar ke jalan jalan kecil dan ke daerah luar Jawa, Madura, Bali (Jamali).Terlebih diketahui masih ada sekitar 50 persen kecamatan di Indonesia, belum ada infrastruktur stasiun pengisian BBM. Itulah sebabnya, sampai terjadi intervensi pemerintah lewat proyek “BBM Satu Harga”, semata dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan BBM masyarakat di wilayah tertinggal, terpencil dan terluar. Karena itu, ramai ramai bangun SPBU seharusnya di dorong ke luar Jamali, tidak hanya bermain di kota besar.
Pembukaan pasar BBM dalam negeri sesuai Undang Undang No. 22/2001, sejatinya di samping untuk memperluas sumber pasokan, tetapi juga menargetkan adanya pembangunan infrastruktur distribusi BBM yang semakin meluas ke seluruh negeri. Bukan berkerumun di kota besar yang menjadikan penjualan rata rata tiap SPBU menjadi turun. Hal ini berujung pada tutupnya SPBU besar yang menjadi tidak ekonomis lagi. Sayang sekali kalau itu yang terjadi, justeru terjadi di kala kita sedang memperbanyak dan memperluas infrastruktur distribusi BBM nasional.*