JAKARTA I GlobalEnergi.co -PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkirakan serapan biomassa bakal mencapai 8 juta ton per tahun untuk proyek cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Direktur Megaproyek dan EBT PLN M. Ikhsan Asaad mengungkapkan, kebutuhan 8 juta ton biomassa ini guna memenuhi pelaksanaan cofiring pada 18 GW PLTU yang dimiliki.
“Ada 18 GW pembangkit PLN yang kita substitusi dengan biomassa sampah dengan porsi 1% sampai 5%,” jelas Ikhsan dalam acara National Energy Week (NEW) yang digelar Komunitas Migas Indonesia Chapter Rusia dan Eropa Timur (KMI RET), Kamis (11/3).
Ikhsan mengatakan, langkah substitusi ini berpotensi mendorong perekonomian daerah sekitar PLTU. Pasalnya, lahan sekitar berpotensi ditanami Kaliandra untuk bahan bakar.
Ikhsan menjelaskan, substitusi melalui cofiring biomassa merupakan bagian dari rencana Green Booster guna mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT).
Ikhsan pun memastikan demi mendorong target bauran EBT 23% pada 2025 mendatang maka PLN tidak lagi akan membangun PLTU ke depannya.
“Kami sebagai BUMN yang ditugasi menghidupi listrik 270 juta penduduk Indonesia tentu sangat dukung pengembangan EBT. Kami sampaikan bahwa PLN nggak lagi bangun PLTU,” jelas Ikhsan.
Adapun, PLN kini mengelola pembangkit secara total mencapai 63.305 MW dimana 50% atau sekitar 31.925 MW merupakan PLTU. Sementara kapasitas pembangkit EBT baru mencapai 13,8% atau setara 7.955 MW.
Di acara sama, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, pemerintah menargetkan 29% penurunan Gas Rumah Kaca atau 314 juta ton CO2 di tahun 2030 dan memiliki Grand Plan pengembangan EBT sampai tahun 2035 dengan strategi substitusi energi final, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT secara bertahap, serta pemanfaatan EBT non listrik/non BBN.
Ketua Umum METI Surya Darma menyebutkan, posisi sumber energi fosil kini kian kritis yang mana sekarang penggunaan fosil masih tinggi di angka 90% dimana 65% merupakan impor. EBT menjamin ketersediaan dan ketahan energi karena tidak akan habis. Hal ini menjadi desakan dari global yang mana di tahun 2050 akan terealisasi net zero karbon dengan energi terbarukan.
METI mengusulkan inisiatif yakni Indonesia RE 50/50 initiative yang memiliki misi memenuhi target menuju net zero tahun 2050 dengan 50% ET.
Libatkan Masyarakat
Sementara itu, PT Geo Dipa Energi sebagaib satu satunya BUMN yang bergerak di bidang panas bumi turut andil peran dalam pengembangan EBT dengan memanfaatkan sebaik mungkin potensi panas bumi yang ada agar mencapai 675 MW di tahun 2027 yang mana saat ini masih jauh di angka kisaran 110 MW.
Dirut PT. Geo Dipa Riki Ibrahim mengatakan, Geo Dipa memiliki peran dalam menurunkan risiko panas bumi dan sebagai barometer penentu harga. Selain itu beliau juga menyebutkan, Geo Dipa berkomitmen mengajak masyarakat daerah untuk langsung berkontribusi dalam pembangunan EBT, agar 2045 Indonesia sudah mampu mengembangkan EBT buatan negeri.
Dalam mewujudkan EBT yang merata memang sudah seharusnya seluruh rakyat ikut andil bagian. Aktivis energi dan PLTMH Dunia Tri Mumpuni mengatakan, masyarakat lokal di pedesaan harus diberikan pelatihan atau pengajaran tentang fasilitas, perawatan, dan pengoperasian EBT agar dapat sustainable. EBT yang sustainable ini dengan melibatkan rakyat setempat dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan tentunya combat economic inequality.
“Kita bersama harus dapat membuat dan mewujudkan demokrasi energi sehingga rakyat bisa menciptakan ekonomi sendiri dan pemerintah membuat policy dukungan dan akses finansial,” katanya.fan