SURABAYA I GlobalEnergi.co – Di tengah isu terjadinya fase transisi energi dari energi fosil menuju energi hijau di dunia, maka upaya mengundang investasi pada kegiatan eksplorasi di sektor hulu migas bakal semakin berat. Indonesia harus secepatnya memperbaiki regulasi dan fiscal term kegiatan eksplorasi jika ingin berkompetisi menarik investasi hulu migas dengan Negara lain.
“Indonesia harus mengadaptasi fiscal term yang ada di global untuk menarik investasi dalam aktivitas eksplorasi hulu migas serta memperkecil tingkat risiko investasi disbanding negara lain,” kata Tenaga Ahli Komisi Pengawas SKK Migas Nanang Abdul Manaf dalam keterangan tertulis, Selasa (23/2/2021).
Ia menegaskan, dari analis ternyata perbaikan fiscal term berdampak pada tingkat keuntungan baik dari kontraktor maupun pemerintah. Baik dari sisi investasi maupun pendapatan.
Nanang menjelaskan, eksplorasi itu penting karena setiap barel produksi minyak dimulai dari satu new field wildcat well. “Tanpa eksplorasi jangan berharap ada cadangan migas baru,” jelasnya.
Ia menyadari juga, easy oil era sudah habis. Kini industri hulu migas dihadapkan dengan tantangan, antara lain produksi migas terus turun, area eksplorasi berada di frontier area, waktu komersialisasi penemuan eksplorasi cukup lama serta investor kurang tertarik untuk eksplorasi di Indonesia.
Apalagi, lanjut dia, investasi migas untuk eksplorasi membutuhkan biaya sangat besar. “Bisa mencapai triliunan rupiah. Maka dari itu perlu fiscal terms yang aktraktif, regulasi dan politik yang stabil,” katanya.
Saat ini Indonesia memiliki basin atau cekungan potensi migas sebanyak 128. Sebanyak 20 basin sudah berproduksi, 27 basin di bor dengan penemuan, kemudian 13 basin di bor tanpa penemuan dan sisanya 68 basin belum di eksplorasi.
Namun demikian, kata Nanang, 70% cadangan migas berada di wilayah perairan, sehingga tantangannya sangat besar salah satunya biaya yang dibutuhkan bisa mencapai 80 – 100 juta dollar AS. Tingkat pengembalian atau IRR juga rendah serta periode eksplorasi pendek.
Ia menyebutkan, lead time atau waktu dari discovery ke produksi pertama di Indonesia antara 8 – 26 Tahun tergantung dari jenis lapangannya. Rata-rata Lead Time Indonesia sekitar 10,5 Tahun.
“Tentunya kondisi tersebut yang mempengaruhi investor untuk melakukan eksplorasi di Indonesia,” kata Nanang.
Kementerian ESDM sendiri tengah menyiapkan strategi untuk meningkatkan daya tarik investasi eksplorasi migas, antara lain, meningkatkan Prospectivitas eksplorasi migas, meningkatkan iklim investasi melalui pendekatan fiscal, kepastian regulasi, stabilitas politik dan keamanan
“Dengan strategi tersebut diharapkan Indonesia bisa keluar dari situasi kritis untuk peningkatan investasi untuk memenuhi gap kebutuhan energy Indonesia ditengah fase transisi energy menuju era green energy,” kata Nanang.
Seperti diketahui, SKK Migas mencatat realisasi investasi migas per Januari 2021 tercatat 873,2 juta dollar AS. Realisasi tersebut setara dengan 7,05% dari target investasi sebesar12,38 miliar dollar AS tahun ini. Capaian realisasi investasi itu tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan capaian investasi pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 767,5 juta dollar AS atau 5,55 persen dari target.
Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih menjelaskan, realisasi investasi sepanjang Januari 2021 digunakan untuk mendukung kegiatan eksplorasi, antara lain yang dilakukan oleh Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, ENI East Sepinggan, Pertamina Hulu Kalimantan Timur dan PHE OSES.
Investasi juga digunakan untuk membiayai kegiatan pengembangan, utamanya untuk membiayai kegiatan pemboran sumur pengembangan seperti yang dilakukan oleh Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Sanga-Sanga, PHE ONWJ, ENI East Sepinggan, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina EP, Petronas Carigali Ketapang II, Exxon Mobile Cepu Ltd dan BP Tangguh.
Komitmen Terus Eksplorasi
Sementara itu, sebagai salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerjasama yang mengupayakan energi fosil, Pertamina EP Asset 4 tetap berupaya memenuhi kebutuhan energi nasional, salah satunya dengan tetap melakukan aktivitas eksplorasi guna menjaga ketersediaan energi hingga puluhan tahun ke depan.
“Kami di Pertamina EP tetap optimis untuk ketersediaan energi Indonesia, dan kami komitmen untuk terus melakukan eksplorasi, salah satunya yang sedang disiapkan sumur Eksplorasi Kasuari Emas di wilayah Kabupaten Bojonegoro, ” kata Asset 4 General Manager PT Pertamina EP Deddy Syam.
Deddy mengatakan, melalui kegiatan eksplorasi tersebut membuahkan hasil temuan cadangan yang besar sehingga dapat memperpanjang masa energi fosil di Indonesia.
“Dengan aktivitas eksplorasi, kami berharap pertamina akan sustain dan terus beroperasi memenuhi kebutuhan energi di Indonesia,” kata Deddy.agk