SURABAYA I GlobalEnergi.co – Proyek hulu minyak dan gas (migas) kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) siap mengawal ketahanan energi nasional serta mendongkrak ekonomi Jatim. Saat ini tercatat setidaknya ada 20 proyek hulu migas sepanjang tahun 2023-2029 siap-siap berproduksi. Dimana, terdiri 12 proyek hulu migas offshore (lepas pantai) dan delapan proyek onshore (daratan).
Praktisi migas yang juga mantan Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi memperkirakan, investasi ke-20 proyek hulu migas ini sekitar 338,35 juta dollar AS. Rencana tambahan kapasitas fasilitas produksi minyak sebesar 70,964 barrel of oil per day (BOPD) atau barel minyak per hari (BPH) dan rencana tambahan kapasitas fasilitas produksi gas sebesar 463 Million Standard Cubic Feet per Day (MMscfd) atau juta standar kaki kubik per hari.
Adapun ke-20 proyek hulu migas tersebut di antaranya, proyek Tambak Boyo yang berpotensi menghasilkan 2800 BOPD dan 1 MMscfd. Proyek EFP Lapangan RBG-1 berpotensi menghasilkan 76 BPOD dan 7,3 MMscfd. Proyek Untreated Gas Banyu Urip berpotensi menghasilkan 10 MMscfd dan Banyu Urip Infil Clastic (BUIC) berpotensi produksi minyak 33.000 BPOD.
Selanjutnya, lapangan Hidayah yang dioperatori Petronas North Madura 2 ltd. Yang berpotensi menghasilkan minyak 28.000 BPOD dan gas 5,5 MMscfd, Lapangan Bukit Panjang berpotensi menghasilkan gas 60 MMscfd, Paus Biru dikelola Medco Sampang berpotensi menghasilkan gas 31 MMscfd dan MBF yang dikelola Husky CNOOC Madura Ltd berpotensi menghasilkan gas 20 MMscfd.
Hingga akhir 2023, di Jawa Timur sendiri setidaknya ada 28 wilayah kerja minyak dan gas bumi yang statusnya eksplorasi 8 WK, produksi 17 WK dan 2 WK dalam tahap pengembangan. Hingga Maret 2024, tercatat produksi minyak bumi dan kondensat sebesar 172,158 BPOD, serta gas sebesar 720,07 MMscfd dan serapan gas 557,69 MMscfd.
“Jawa Timur menduduki peringkat kedua sebagai daerah penghasil minyak terbesar setelah Riau” kata Nurwahidi dihubungi Global Energi, Kamis (15/8/2024).
Sedangkan untuk gas, katanya, sampai akhir tahun 2024 inipun masih akan terjadi oversupply di Jawa Timur.
Adapun tambahan produksi migas Jatim terbaru datang dari proyek Banyu Urip Infil Clastic (BUIC) yang baru saja diresmikan. Lewat pengeboran Sumur B13 di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu berhasil memproduksi minyak sebesar 13.300 BPH. Lapangan ini dioperasikan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Sumur B-13 merupakan yang pertama dari total 7 sumur yang dibor menggunakan rig PDSI-40.3 sejak 4 bulan lalu. Total investasi dari proyek BUIC ini mencapai 203,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,25 Triliun.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, proyek BUIC memiliki sasaran untuk meraup perkiraan tambahan minyak sebesar sebesar 42,92 juta barel minyak atau millions barrel oil (MMBO) melalui pengeboran tujuh sumur di Lapangan Banyu Urip yakni lima sumur infill dan dua sumur clastic. Di mana mana enam sumur akan tajak di 2024 dan satu sumur akan tajak di 2025.
“Minyak perdana yang peresmiannya kita saksikan hari ini merupakan minyak yang diproduksikan dari sumur B13, yang merupakan sumur pertama dari proyek ini. Q4 2024 nanti kita berharap, sumur kedua yaitu Sumur B12 menyusul onstream,” tutur Dwi dalam keterangannya, Sabtu (10/8/2024).
Dwi berharap, proyek BUIC ini akan mencapai produksi puncak pada tahun 2027 dengan level produksi 19.000 BOPD. “ Serta diperkiraan akan ada tambahan penerimaan negara sekitar 2,1 miliar dollar AS,’ ujarnya.
Terkait dengan pemanfaatan dan distribusi migas yang dihasilkan di wilayah Jabanusa, tambah Nurwahidi, untuk minyak dapat tersalurkan seluruhnya. Namun untuk gas, ia akui, masih di bawah realisasi produksi dimana sebagian besar produksi tersalurkan untuk sektor industri.
Menurut Dwi, 44 persen produksi gas disalurkan untuk sektor industri. Kemudian 24 persen untuk sektor pupuk, 31 persen untuk sektor kelistrikan. Untuk Citygas hanya mampu menyerap 0,5 persen dari total produksi dan 0,4 persen untuk diproses menjadi LPG.
Potensi Cekungan Jatim
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga sebelumnya mengungkapkan Cekungan Jawa Timur Laut (North East Java Basin-NEJB) masih menyimpan potensi sumber daya migas yang cukup besar. Cekungan Jawa Timur Laut menjadi salah satu cekungan migas yang cukup penting di Indonesia. Sebab, terdapat lebih dari 10,3 miliar barel setara minyak (BBOE) in place yang telah ditemukan di wilayah ini.
“Sumber daya tersebut juga masih dianggap sebagai wilayah yang belum dieksplorasi. Dan masih terdapat 9,9 miliar barel setara minyak yang belum ditemukan,” ungkap Penasihat Ahli Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf.
Menurut Nanang, lokasi yang ada, seperti Formasi Kujung masih terus memberikan kontribusi terhadap penemuan sumber daya dalam jumlah besar. Adapun, penemuan sumur eksplorasi di Sumur Hidayah-1 oleh Petronas dan penemuan Kolibri-1 oleh Pertamina akan membuka potensi batuan Paleogen sebagai target eksplorasi yang menarik.
“Kandungan CO2 dan zona tekanan berlebih masih menjadi tantangan untuk mengeksplorasi dan menemukan potensi hidrokarbon baru,” kata Nanang.agk