BALI I GlobalEnergi.co – Keberadaan limbah sampah telah menjadi persoalan yang pelik di Bali. Tak terkecuali di Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan. Guna mengatasi hal itu Desa Adat setempat mendirikan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) berbasis Reduce, Reuse, Recycle (3R) atau disingkat TPS3R Ngardi Resik.
TPS3R yang mulai beroperasi Februari lalu ini berdiri di lahan milik desa adat seluas 24 are. Keberdaannya diharapkan diharapkan bisa mengakomodir sampah rumah tangga yang dihasilkan 1.300 kepala keluarga (KK) Kedonganan.
Bendesa Adat Kedonganan, I Wayan Mertha menjelaskan, keberadaan TPS3R Ngardi Resik ini merupakan salah satu implementasi dari Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengolahan Sampah Berbasis Sumber. Di samping itu, bagian dari salah satu program Desa Adat Kedonganan, yakni Kedonganan Bersih Tahun 2022, sehingga dengan keberadaan TPS3R diharapkan mampu menyelesaikan persoalan sampah di wilayah Kedonganan.
“TPS3R ini mulai diuji coba sejak November 2021. Untuk pembangunanya merupakan bantuan dari pemerintah pusat melalui Dinas PUPR Kabupaten Badung dengan anggaran Rp 612 juta,” jelas Mertha saat menerima kunjungan wartawan yang digelar Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Selasa (17/5/2022).
Dalam proses pengumpulan sampah, lanjut Mertha, setelah sampah dipilah dari rumah tangga, petugas TPS3R Kedonganan Ngardi Resik akan mengangkut sampah sesuai dengan jenis sampah. Pengangkutan sampah sesuai jenisnya ini, mempermudah proses untuk pengolahan sesuai jenisnya, walaupun diakuinya dalam kondisi seperti sekarang ini, hal itu belum bisa maksimal dilakukan, karena keterbatasan sarana dan prasarana.
“Program ini bisa diterima masyarakat, dan saat ini progresnya mencapai 60 persen,” kata Mertha.
Dalam mengoperasikan TPS3R itu, Mertha mengaku, sudah menyusun lembaga yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola, yaitu lembaga Badan Pengelola Kebersihan (BPK) Wida Kedonganan Ngardi Resik. Dalam mengoperasikan TPS3R tersebut, ada 19 petugas yang nantinya melakukan pengambilan sampah di pelanggan yang ada di Kedonganan.
“Untuk saat ini ada 1.069 pelanggan yang sampahnya kita ambil untuk diangkut ke TPS3R ini. Pelanggan ini tersebar di seluruh wilayah Kedonganan,” kata Mertha.
Meski sudah memiliki TPS3R, ia mengaku, terkadang masih banyak kendala yang ditemukan di lapangan. Kendala utama yang dihadapi mengubah pola pikir masyarakat. Jika biasanya masyarakat hanya menghasilkan, mengumpulkan, dan membuang sampah, tapi kini mreka harus memilah dan mengumpulkan sendiri sampah mereka. “Mengubah pola pikir ini yang paling penting dalam mengatasi sampah di wilayah Kedonganan. Kalau tidak terus disosialisasikan, tentu program Kedonganan bersih ini akan gagal,” katanya.
Mertha menjelaskan, untuk sampah anorganik, akan diangkut setiap 2-3 hari sekali, yang langsung dibawa menuju TPS3R. Setelah tiba di TPS3R, proses berikutnya dilakukan, pengolahan, untuk sampah organik, akan dicacah dan akan dijadikan pupuk.
Sementara, untuk sampah anorganik, akan kembali dipilah, yang nantinya akan dijual kembali. Sedangkan, sampah residunya akan ditangani pihak DLHK Pemkab Badung, yang setiap hari mengirimkan kendaraan ke TPS3R tersebut untuk mengangkut sisa residu.
Mertha juga menyampaikan pengelolaan sampah ini juga akan terus dikembangkan. Salah satunya dengan mengolah sampah organik untuk dijadikan sebagai pupuk organik.
“Pupuk ini nantinya akan mampu membantu ekonomi masyarakat, tapi saat ini kami masih mengolah dengan baik sehingga perlu kerjasama dengan pihak yang ahli di bidangnya,” jelas Mertha.
Sementara itu, Area Manager Comm Rel. & CSR, PT. Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Deden Mochammad Idhani menjelaskan pengelolaan sampah ini sejalan dengan program CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus ini sejalan dengan penerapan Environment, Social & Governance (ESG) dan Sustainability Development Goals (SDGs).
Ia menjelaskan, Pertamina selalu berupaya seimbang dalam menjalankan bisnis perusahaan. Untuk menjaga kesinambungan bisnis perusahaan, Pertamina juga berupaya mengembangkan program pemberdayaan terutama untuk masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan.
“Melalui program ini, semoga dapat semakin membantu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan, dan mampu menciptakan ekonomi mandiri”, kata Deden.agk