JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebagai operator Wilayah Kerja (WK) Blok Mahakam berhasil menekan biaya operasi atau operating expenditure (Opex) selama tahun 2020 sebesar 34% menjadi sekitar 750 juta dollar AS. Tahun sebelumnya (2019) biaya operasi tercatat hingga 1,14 miliar dollar AS.
General Manager PHM Agus Amperianto mengatakan, pencapaian efisiensi ini merupakan salah satu tujuan perusahaan di mana Blok Mahakam merupakan lapangan gas tua yang menghadapi fase penurunan produksi, terutama ketika harga minyak mentah dunia masih dalam posisi rendah dibandingkan tahun lalu.”Saya ingin menegaskan meski kami punya efisiensi opex 34%, tapi kami tetap berupaya menjaga faktor operator excellent dan safety operation,” kata Agus dalam acara “2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas (IOG 2020) hari ketiga, Jumat (4/12/2020).
Ia menyebutkan, biaya produksi yang dikembalikan pemerintah (cost recovery) per barel setara minyak atau barrel oil equivalent (BOE) mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 5 dollar AS per BOE. Di mana dari semula (tahun 2019) sebesar 22,9 dollar AS per BOE menjadi 17,9 dollar AS per BOE pada tahun ini.
Menurut Agus, Lapangan Mahakam yang sudah masuk ke fase penurunan produksi, sehingga dalam sisi pengelolaannya membutuhkan biaya operasi yang lebih besar dibandingkan lapangan migas baru.” Permasahannya juga semakin kompleks dalam pengoperasian di lapangan tua,” tandasnya.
Dari sisi pengelolaan migas, lanjut dia, PHM tidak bisa mengendalikan harga minyak atau mengandalkan sumber daya yang ada, melainkan hanya bisa mengendalikan biaya yang bisa diatur oleh internal perusahaan.”Ini menjadi jawaban PHM dalam menerima tantangan pemerintah dan SKK Migas untuk mengantisipasi dan mitigasi lapangan tua,” tegasnya.
Sebelumnya, PHM melaporkan hingga akhir September 2020, rata-rata produksi gas Blok Mahakam mencapai 606 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) di kepala sumur (wellhead) atau 3% di atas target teknis Rencana Kerja dan Anggaran (WP&B) 2020 yang dipatok sebesar 590 MMSCFD. Adapun untuk produksi likuid (minyak dan kondensat) mencapai 29.600 barel per hari (bph) atau 4% lebih tinggi dari target teknis WP&B 2020 dipatok 28.400 bph.
Capaian ini, kata Agus, berkat penambahan produksi dari sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 dan telah mulai berproduksi pada awal tahun ini, serta penerapan berbagai inovasi dalam upaya pemeliharaan sumur-sumur (work over dan well services) yang ada. Sementara dari sisi pendapatan, bagi hasil untuk negara sebesar 406,64 juta dollar AS dari target WP&B 2020 sebesar 416,97 juta dollar AS.agk