JAKARTA I GlobalEnergi.co – Produsen biodiesel berencana menambah kapasitas produksi pada tahun ini. Namun, penambahan itu tertunda karena adanya pandemi COVID-19 sehingga baru dilakukan tahun depan.
“Untuk mendukung program B30, saat ini program terbesar di dunia, produsen biodiesel telah merencanakan penambahan kapasitas produksi. Namun, pandemi COVID-19 mengakibatkan rencana penambahan produksi ditunda,” kata Ketua Umum Asoasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor dalam keterangannya, Senin (1/12/2020).
Tumanggor menjelaskan, penambahan kapasitas produksi mundur pelaksanaannya hingga tahun 2021 dan 2022 setelah adanya penyesuaian kondisi pandemi COVID-19. Pada 2020, direncanakan ada penambahan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta KL menjadi mundur ke tahun 2021 sebesar 3,4 juta KL.
Menurut dia, kelanjutan program B30 di tahun 2020 dapat berjalan optimal dengan dukungan ketersediaan pasokan bahan baku dan kelancaran kegiatan transportasi logistik. Memang ada kendala tapi sudah teratasi. Hal tampak dari data Aprobi di mana produksi dari Januari sampai Oktober 2020 sebesar 7,197 juta KL. Dari jumlah ini, penyaluran domestik sebesar 7,076 juta KL dan ekspor sebesar 16.331 KL.Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan, menyebut implementasi B30 mengurangi emisi gas rumah kaca. “Kontribusi B30 berdampak positif bagi pengurangan emisi gas rumah kaca, tahun ini diproyeksikan 26 juta ton CO2 ekuivalen, atau 68% dari target pengurangan emisi di sektor energi dan transportasi tahun 2020. Sedangkan untuk target pengurangan emisi 2030 pada sektor energi program biodiesel saat ini telah berkontribusi 8,82%,” imbuh Paulus.
Dari aspek ekonomi, dikatakan Paulus, tenaga kerja sektor hulu yang terserap sebanyak 1,2 juta, penyerapan biodiesel di dalam negeri menjaga keseimbangan suplai dan permintaan kelapa sawit. Selain itu, harga TBS petani juga stabil mengikuti pergerakan harga CPO. “Tanpa didukung program B30, harga TBS petani bisa tertekan di tengah pelemahan ekonomi dunia,” ujarnya.
Selain itu, implementasi B30 membuat Indonesia menghemat devisa dari impor migas hingga 5 miliar dollar AS sekitar Rp 70 triliun (kurs Rp 14.000).agk,dtc