Lantunan doa bersama penuh khidmat terasa saat persiapan mengawali kegiatan tajak sumur eksplorasi Kasuari Emas (KSE-001) di Desa Beru, Kecamatan Sarirejo, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur, Jumat (30/9/2021) lalu. Kegiatan pengeboran eksplorasi migas di tengah pandemi Covid 19 ini menjadikan bukti semangat Pertamina melalui Zona 11 Regional 4 Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina menyokong target produksi minyak 1 juta barel dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.
Namun apa lacur pengeboran sumur yang dimulai sejak 2 Oktober lalu hingga kedalaman sekitar 1.270 meter itu, ternyata Pertamina gagal menemukan cadangan migas yang cukup ekonomis untuk dikembangkan. Atau dengan kata lain dinyatakan dry hole. “Pengeboran lapangan Kasuari Emas di Lamongan dinyatakan dry hole atau tidak ada indikasi hidrokarbon,” ungkap Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno kepada Global Energi, Jumat (12/11/2021).
Usai gagal menemukan cadangan migas, kataJulius, pihak Pertamina akan melakukan evaluasi lagi secara menyeluruh. Apakah akan ditutup permanen atau ada kemungkinan bisa mencari titik peluang pengeboran lagi.
Dihubungi terpisah, Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa) Nurwahidi mengatakan, pengeboran Kasuari Emas sudah melalui persiapan secara matang. Bahkan sudah secara resmi mendapat perizinan dari Pemkab Lamongan. “Tapi sayang dalam proses pengeboran tidak menemukan cadangan migas. Ini sudah merupakan bagian risiko bagi kegiatan di hulu migas. Padahal jika berhasil paling tidak harapannya bisa memberikan dampak atau efek ekonomi bagi Kabupaten Lamongan,” katanya kepada Global Energi.
Namun kegagalan di Kasuari Emas tak membuat Zona 11 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina patah arang. Zona 11 tetap agresif berburu cadangan migas baik eksplorasi sumur baru, eksplorasi pengembang sumur hingga penerapan teknologi injeksi baru, seperti penggunaan Electrical Submersible Pump (ESP) maupun Enhanced Oil Recovery (EOR) di beberapa lapangan migas untuk mendongkrak produksi migas di wilayah Jabanusa.
Seperti diketahui, sejak ada reorganisasi di tubuh Pertamina, Zona 11 kini ‘membawahi’ tujuh field, yakni yakni Field Sukowati, Field Cepu, Field Poleng, Field WMO, Field Tuban East Java (TEJ), Field Randugunting dan Field PEPC Alas Dara Kemuning (ADK). Dimana sebagian besar lapangan-lapangan migas itu dimiliki sudah berusia tua atau berumur di atas 40 tahun. Dengan demikian kebanyakan sumur yang dikelola tingkat produksinya secara alami telah memasuki fase penurunan (decline).
“Banyak kegiatan pengeboran yang kami lakukan di tahun 2021. Hal tersebut merupakan komitmen dari kami untuk mendukung target produksi nasional 1 juta BOPD pada tahun 2030,” kata Direktur Utama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Timur dan Indonesia Bagian Timur, Awang Lazuardi, beberapa waktu lalu.
Sumbangan Produksi
Adapun data dari SKK Migas, sumbangan produksi migas dari Zona 11 sebesar 33,859 BOEPD. Tercatat hingga September lalu, produksi minyak Zona 11 sebesar 12.746 BOPD dan gas 122.321 MSCFD. Sementara dari rencana kerja SKK Migas Jabanusa tahun 2021 sendiri menargetkan lifting minyak & kondensat sebesar 259.201 barel per hari (BOPD) dan lifting gas 693 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Target produksi minyak ini menyumbang sekitar 35% dari produksi minyak nasional. Sedangkan target gas bumi setara 9,0 persen dari target produksi gas nasional.
Julius menyebutkan, produksi dari Zona 11 selama ini berkontribusi sekitar 5,5% terhadap produksi minyak di wilayah Jabanusa dan 2% terhadap produksi nasional. Sedangkan untuk produksi gas menyumbang sekitar 22% terhadap produksi gas di area Jabanusa dan 2% terhadap produksi nasional.
“ Jadi walaupun sebagian besar field dari Zona 11 merupakan lapangan tua tetap memberikan kontribusi yang berarti bagi produksi nasional,” kata Julius.
Di semua lapangan-lapangan migas tersebut, Pertamina terus mengupayakan untuk dilakukan peningkatan produksi, baik kegiatan pengeboran pengembangan maupun kegiatan well works dan optimasi produksi, seperti penggunaan teknologi produksi, debottlenecking dan kegiatan optimasi lainnya. “Untuk lapangan ADK SKK masih masih memonitor penyelesaian onstream proyeknya,” katanya.
Sementara untuk lapangan Sukowati masih berpotensi untuk dikembangkan secara fullfield dengan metode CO2 Enhanced Oil Recovery (EOR) berdasarkan hasil screening metode. CO2 EOR sendiri merupakan suatu usaha meningkatkan produksi minyak dengan cara injeksi CO2 ke dalam suatu sumur produksi tahap tersier. Injeksi CO2 tersebut bertujuan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga minyak yang diproduksikan bisa meningkat. Saat ini, penerapan EOR injeksi CO2 di Sukowati masih dalam tahap studi yang dilakukan Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) dan Japan Petroleum Exploration (Japex).
Dipilihnya EOR injeksi CO2 untuk lapangan Sukowati juga punya alasan efisiensi proyek. Pasalnya, lapangan tersebut dekat dengan lapangan Jambangan TIung Biru (JTB) yang memiliki kandungan CO2 tinggi. Jadi, CO2 yang dihasilkan JTB tidak dilepaskan ke udara, tapi dimasukkan lagi melalui pipa ke reservoir Lapangan Sukowati. Dengan demikian, tekanan Sukowati menjadi lebih kuat dan diharapkan produksinya naik. Dengan demikian Lapangan Sukowati tercatat sebagai lapangan aplikasi CCUS (Carbon Capture Utilization & Storage) pertama di Indonesia dengan memanfaatkan CO2 yang dihasilkan dari lapangan JTB.
” Studi pre-feasibility EOR di Lapangan ini masih on-progress dan estimasi selesai Mei 2022. Rencana implementasi fullscale dalam LTP tahun 2030,” kata Julius.
Selain melalui EOR, Pertamina beberapa waktu lalu telah berhasil menaikkan produksi minyak Sukowati sebesar 1.034 BOPD. Penambahan produksi tersebut dilakukan dengan melakukan program well intervention di Sumur SKW-30 yang terletak di Kabuptaen Bojonegoro, Jawa Timur. Dalam pelaksanaan well intervention tersebut, dilaksanakan cementing ulang, kemudian dilakukan analisa carbon oxygen log untuk mengetahui kandungan hydrocarbon atau minyak, selanjutnya dilakukan upaya perforasi dan stimulasi. Meski demikian Pertamina menghadapi tantangan decline rate atau penurunan alamiah yang sangat tajam. Diharapkan dengan berbagai upaya tersebut produksi Sukowati bisa bertahan di angka rata-rata 6.000 BOPD.
Sementara Field Cepu tahun 2022 akan melakukan pengeboran dua sumur, yakni di Kawengan dan Semanggi. Tercatat Pertamina EP Field Cepu selama semester 1 tahun 2021, masih mempertahankan laju produksi selama pandemi Covid 19. “Alhamdulillah kinerja kami di semester 1 tahun 2021 ini, bisa menjaga produksi migas tetap kontinyu, dan aspek HSSE terjaga dengan baik atau zero accident,” kata Cepu Field Manager, Agung Wibowo.
Produksi minyak periode berjalan hingga (30/7/2021) sebesar 1.909 BOPD atau 87% dari target yang ditentukan. Adapun produksi gas pada periode sama, mencapai 44,9 MMsfd atau 71% dari target. Produksi tersebut berasal dari lapangan lapangan Kawengan, Tapen, Ledok, Nglobo, Semanggi, Banyubang, Gundih. “Kamis optimistis untuk terus upayakan bisa mencapai target di akhir tahun,” kata Agung.
Sedangkan Field TEJ, pada pengeboran sumur Mudi-26 berhasil mencatatkan hasil tes produksi sebesar 531 BOPD. Jumlah ini melebihi target rencana awal 200 BOPD. Keberhasilan pengeboran sumur Mudi-26 merupakan salah satu pemenuhan komitmen pasti, sumur infill Mudi-26 dilakukan pengeboran dengan kedalaman 3.005 meter. Pengeboran ini memakan waktu 73 hari pengeboran dan 12 hari completion.
Sedangkan Field WMO, kata Julius, akhir tahun ini akan mengebor PHE 40, serta ditargetkan onstream tahun 2022. “Sedangkan sumur WMO, PHE 40-A8 akan dikerjakan setelah sumur eksplorasi selesai,” katanya.
Sebelumnya, PHE WMO telah melakukan tajak sumur eksplorasi PHE 2-3 yang berada di perairan Madura pada 27 September 2021. Pemboran eksplorasi ini diperkirakan berlangsung selama 120 hari, dengan target kedalaman 8.245 Ft TVDSS, menggunakan Rig 2000 HP Raniworo dengan tujuan lapisan Fracture Basement & Ngimbang Carbonate sebagai Primary Objective serta Rancak-2 dan Rancak-3 sebagai Secondary Objective.
Awang mengatakan, pemboran eksplorasi PHE 2-3 ini merupakan sumur ketiga di Regional Indonesia Timur tahun 2021 yang dilakukan pemboran. “Regional Indonesia Timur cukup agresif melakukan pemboran eksplorasi. Sebelumnya dilakukan pemboran sumur North Wolai-001 dan discovery di sumur West Penyu-001,” katanya.
Tiga Pilar Strategi
Sementara itu, General Manager (GM) Zona 11 Regional 4 Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina Muhammad Arifin mengatakan, sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) selalu mendukung SKK Migas dalam mencapai target produksi migas nasional melalui tiga pilar strategi utama di sektor hulu. Pertama, managing base, yakni selalu menjaga produksi baseline dan menciptakan second lifecycle of mature field, termasuk eksplorasi di wilayah eksisting.
Kedua, stepping out and new venture, yakni menumbuhkan pertumbuhan h pada strategi jangka panjang melalui eksplorasi big fish discovery di wilayah kerja esisting, eksplorasi new venture dan eksplorasi di Wilayah terbuka.
Dan ketiga, strategic partnership, yakni upaya mendorong sharing knowledge, technology and risk.
Selaras dengan ketiga pilar, lanjut dia, di sektor hulu tersebut Regional Jawa Timur dan Indonesia Bagian Timur menitikberatkan pada 4 (empat) Strategi Produksi yang meliputi:
-People, Transformasi readiness to Global Company melalui upaya implementasi organisasi Holding dan Subholding, yang menitik beratkan akselerasi pada kegiatan operational sebagai core bisnis perusahaan di organisasi regional, zona, dan field
-Deployment, Pengembangan organisasi melalui pembagian Regional
-Robust, Breakthrough Program melalui program peningkatan produksi seperti: continous improvement program, optimus, SSOP, dll
-Maintaining Prosedur yang tepat, Sentralisasi pengelolaan data dan prosedur di semua aspek sehingga tercipta akselerasi, efektifitas, dan efisiensi pengelolaan system perusahaan secara komprehensif
Selaras dengan program kerja dan anggaran yang telah disetujui pada tahun 2021, berupaya melaksanakan seluruh program kerjanya untuk mendukung tercapainya target 1 Juta barrel khususnya dari wilayah Zona 11 melalui kegiatan reaktivasi sumur potensial, perawatan sumur, pemboran eksplorasi serta pemboran pengembangan.
“Demi tercapainya target migas nasional, Zona 11 berkomitmen untuk bersinergi dengan SKK Migas dan seluruh pelaku usaha industri hulu migas, guna melaksanakan seluruh kegiatan operasinya secara optimal, efektif, dan efisien serta mencapai kinerja operasi ekselen, dengan mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan,” paparnya.
Terkait kendala atau hambatan yang dihadapi, katanya, dapat berupa kendala teknis maupun non teknis. Mitigasi kendala teknis dilakukan melalui perencanaan dan persiapan yang komprehensif dan melibatkan seluruh fungsi terkait. Demi memperlancar seluruh kegiatan khususnya terkait mitigasi kendala non teknis, tim Zona 11 berkomitmen untuk berkoordinasi dan bekerja sama dengan seluruh Stakeholders, pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat sekitar wilayah operasi perusahaan.agung kusdyanto