JAKARTA I GlobalEnergi.co – Indonesia masih mengimpor listrik dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan setrum dalam negeri hingga akhir tahun lalu. Hal tersebut terlihat dari rasio impor listrik 2020 yang tercatat 0,54 persen.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, rasio 0,54 persen tersebut setara dengan 100-120 Megawatt (MW). Listrik tersebut berasal dari pembangkit milik BUMN Malaysia, SESCO, yang ditransmisikan ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Kalimantan Barat.
“Artinya sebagian listrik yang dikonsumsi dalam negeri itu di antaranya datang dari luar negeri. Nyatanya kita ada kerjasama bilateral dengan Malaysia tepatnya di Serawak sana, khususnya di Kalimantan Barat,” ucap Rida dalam konferensi pers Ditjen Ketenagalistrikan, Rabu (13/1/2021).
Meski demikian, kata Rida, impor tersebut diusahakan hanya bersifat sementara sampai pembangkit di wilayah Kalimantan Barat selesai. Di sisi lain, Indonesia juga bisa melakukan ekspor ke Malaysia jika pasokan listrik di Kalimantan Barat berlebih.
“Mudah-mudahan nanti untuk waktu yang tidak terlalu lama kalau pembangkit listrik di Kalimantan Barat sudah selesai, kita akan membalikkan situasi yaitu mengekspor listrik dari Indonesia ke Malaysia dengan jalur yang sama,” tutur Rida.
Terlebih, ekspor-impor yang dilakukan di Kalimantan Barat menggunakan mekanisme kerja sama antar pemerintah atau government to government.
“Untuk tahap sekarang karena kerja sama tersebut dibagi beberapa tahap, untuk tahap awal sekarang kita kebagian untuk mengimpor,” katanya.
Rida juga menjelaskan, meski setrum yang dibeli dari luar negeri sangat kecil, rasio impor listrik tetap akan menjadi salah satu indikator kinerja pemerintah. Hal ini diperlukan untuk mengukur kemandirian energi nasional.
“Ini adalah salah satu indikator yang sesuai kesepakatan kami dengan sekjen, melalui biro perencanaan, ini untuk mengukur tingkat kemandirian kita dalam energi dalam hal ini listrik,” tandasnya.agk