2040, PLN Bakal Pasang Tekonologi Tangkap Karbon di 4 PLTU-PLTGU

oleh -0 views

BOGOR I GlobalEnergi.co – Perusahaan Listrik Negara (PLN) merencanakan akan memasang teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) pada tiga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan satu Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) pada tahun 2040 mendatang.

Adapun, PLTU potensial yang akan dipasangi CCS adalah PLTU Suralaya unit 1-7, kemudian PLTU Indramayu unit 1-3, PLTU Tanjung Jati B, dan PLTGU Tambak Lorok blok 1-2.

Direktur Utama PLN Enjiniring Chairani Rachmatullah mengatakan, empat PLTU-PLTGU dipilih dari 52 unit PLTU yang saat ini ada di Indonesia. Dengan mempertimbangkan kebutuhan listrik dan juga potensi wilayah untuk mengembangkan CCS.

“Kami sudah melakukan study untuk PLTU Suralaya, PLTU Indramayu, pembangkit gas kami coba Tambak. Lorok dan Pembangkit PLTU Tanjung Jati,” ungkap Chairani dalam agenda Understanding Carbon Capture and Storage (CCS), Sabtu, (18/1/2025).

Adapun, PLTU-PLTGU yang dipilih untuk menggunakan teknologi CCS ini telah menggunakan teknologi co-firing dengan biomassa.

“Itu juga sudah co-firing semua sampai 5%. Jadi sekarang pun tidak 100% pakai batu bara. Tapi 5%-nya sudah pakai biomassa, ini upaya PLN untuk mengurangi CO2-nya,” tambahnya.

Kemudian, dalam penerapan CCS Chairani mengungkap perhitungan dalam biaya masih menjadi pertimbangan PLN dalam menerapkan teknologi ini.

“Biayanya tetap harus dialokasikan dan dipertimbangkan. Kita sudah studi karena tadi biayanya, masih US$ 40 per ton (CO2 yang disimpan). Sementara kalau menggunakan gas biayanya bisa 12 dollar AS, 15 dollar AS hingga 20 dollar AS, masuk 2-3 kali lipatnya” tambahnya.

Sebagai gambaran, dengan biaya penyimpanan CO2 sebanyak US$ 40 per ton, maka akan terjadi peningkatan biaya atau cost listrik. Padahal saat ini, PLN tengah menjaga agar tarif listrik berada di angka Rp1.467 per kwh.

“Sayang, kalau negara harus mensubsidi PLN, sementara uang itu kita butuhkan untuk bangun sekolah, jalan, jembatan, rumah sakit dan lain sebagainya. Itulah kenapa, listrik itu harus kita bangun dengan biaya yang semurah-murahnya,” ungkap Chairani.

Meski begitu, lanjut Chairani, di masa depan tetap ada potensi biaya penggunaan teknologi CCS akan mengalami penurunan.

“Karena itu, kita akan implement dengan CCS atau CCUS. Kita pelajari mana yang lebih efektif untuk kelistrikan. Dalam hal ini adalah lebih murah dan lebih executable,” ungkapnya.jef

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.