Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menyebutkan penyaluran LPG bersubsidi tabung 3 kilogram hingga Mei 2023 mencapai 3,32 juta metrik ton setara 41,5%.
JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian ESDM melaporkan penyaluran LPG bersubsidi tabung 3 kilogram (kg) hingga Mei 2023 mencapai 3,32 juta metrik ton. Jumlah tersebut setara 41,5% dari total kuota tahun ini yang dipatok sebanyak 8 juta metrik ton.
Sementara itu, realisasi penyaluran subsidi hingga April telah mencapai Rp 26,93 triliun dari jatah alokasi anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 117,84 triliun.
Koordinator Subsidi Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi (Migas), Christina Meiwati Sinaga mengatakan, realisasi alokasi elpiji 3 kg konsiten naik dalam lima tahun terakhir. Direktorat Jenderal Migas mencatat penyaluran volume elpiji bersubsidi pada 2021 mencapai 7,46 juta metrik ton dengan jatah kuota sebanyak 7,5 juta metrik ton. Realisasi serapan elpiji melon naik menjadi 7,80 juta metrik ton pada 2022 dengan alokasi kuota yang ikut bertambah menjadi 8 juta metrik ton.
Adapun besaran jatah subsidi LPG melon menjadi yang terbesar dari seluruh suntikan subsidi energi pada 2023, mengalahkah subsidi Pertalite senilai Rp 21,54 triliun maupun subsidi listrik PLN Rp 72,57 triliun.
“Realisasi penyaluran elpji bersubsidi tiap tahun mengingkat 5%. Adapun jatah kuota tahun 2023 tidak berubah dari tahun sebelumnya,” kata Christina dalam keterangan pers, Selasa (13/6/2023).
Dalam paparannya, Chritina juga menyampaikan, terjadi penurunan serapan pada elpiji non subsidi alias non public service obligation (NPSO). Konsumsi elpiji non subsidi 5,5 kg dan 12 kg hingga Mei hanya menyentuh 150.000 metrik ton. Artinya, volume elpiji non subsidi hanya terserap 30.000 metrik ton tiap bulannya.
Dengan hitung-hitungan tersebut, dia memproyeksikan bahwa serapan elpiji non subsidi sepanjang tahun ini juga ikut turun ke level 360.000 metrik ton. Penggunaan elpiji non subsidi terpantau merosot dalam empat tahun terakhir.
Pada tahun 2019, pemakaian elpiji NPSO berada di kisaran 660.000 metrik ton. Angka tersebut konsiten melandai pada tahun setelahnya, yakni 620.000 metrik ton pada 2020, 660.000 metrik ton pada 2021, dan 460.000 metrik ton pada 2022.
Menurut Chritina, capaian tersebut merosot tajam dari konsumsi elpiji non subsidi pada 2007 yang mencapai angka 1 juta metrik ton.
“Konsumsi elpiji non subsidi mengalami penurunan yang cukup signifikan. Ini mengindikasikan banyaknya migrasi dari pengguna elpiji non subsidi ke elpiji bersubsidi,” ujar Christina.jef