JAKARTA I GlobalEnergi.co – SKK Migas mengakui target produksi minyak 1 juta barel per hari (bopd) pada 2030 sangat berat dengan kinerja pengeboran yang belum maksimal saat ini. Bahkan per Maret 2022 produksi minyak nasional baru di angka 632.000 bopd, jauh di bawah target tahun ini sebesar 703.000 bopd.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, ada beberapa penyebab kinerja produksi minyak hingga saat ini masih di bawah target, seperti dua unplanned shutdown pada awal 2022 di WK Rokan yang disebabkan oleh terbakarnya penangkal petir dan di WK Cepu karena terbakarnya sambungan listrik.
“Kalau bicara 1 juta barel per hari menjadi sangat berat sekali. Apalagi bila dilihat bahwa target kita 703.000 barel per hari. Semua yang kita kerjakan termasuk hari ini adalah ke arah menyembuhkan produksi dari minyak dan gas,” kata Dwi, saat membuka acara Drilling Summit 2022, Rabu (23/3/2022).
Dwi menyebutkan, salah satu penyebab belum tercapainya target produksi adalah aktivitas pengeboran yang lambat. Pengeboran sumur pengembangan, misalnya, dari target 790 sumur baru tercapai 138 atau 17%, kemudian workover baru tercapai 132 dari target 581 atau 23%, well services 6/079 dari target 29.582 (21%).
“(Pada 2021) realisasi pengeboran lambat karena keterlambatan FID (final investment decision) juga. Tapi sejak kuartal IV 2021 ini sudah diurus, dan menyelesaikan 41% masalah pengeboran. Di kuartal pertama ini saya tak dengar drilling belum jalan karena FID. Masalah lainnya soal lahan dan perizinan,” kata Dwi.
Ia mengatakan, target pengeboran sumur pengembangan tahun ini sebanyak sejumlah 790 sudah dikurangi dari target awal sebanyak 890 sumur. Target tersebut dikurangi karena adanya masalah klasik berupa kurangnya penyiapan lahan sebagai jalan masuk, faktor cuaca, dan urutan kerja. Akibatnya, pengeboran yang dijadwal akan dilaksanakan pada bulan April mendatang tertunda. Per tanggal 21 Maret 2022, target realisasi pengeboran pengembangan masih di angka 17%.
“Target sudah diturunkan menjadi 790 dari rencana di awal tahun yang sudah diindikasikan untuk ngebor 890 sumur. Di saat kita ketinggalan produksi lifting, ini target sudah diturunkan,” ujarnya.
Menurut catatat SKK Migas, pada Januari, realisasi pengeboran sumur pengembangan berada di angka 57 dari target eksekusi sejumlah 70 sumur. Kemudian Febuari realisasi 45 dari 65 sumur. Sementara pada Maret SKK Migas menargetkan 73 pengeboran sumur pengembangan.
“Tapi hingga kini, baru ada 39 kegiatan pengeboran sumur pengembangan yang terealisasi. Ini yang menjadi perhatian kita, kondisi produksi lifting kita masih jauh tertinggal di saat harga minyak begitu tinggi. Lalu kita masih menghandle pengeboran dan upaya mengingkatkan produksinya masih biasa-biasa saja,” kata Dwi. agk