Energi Baru dan Terbarukan (EBT) adalah energi bersih, energi masa depan. Begitu besar potensi dan keragamannya di Indonesia. Ada geothermal, tenaga matahari, angin, air, biomassa, biogas, sampai ke sampah. Untuk pengembangannya sudah barang tentu memerlukan banyak hal, dimulai dari regulasi, teknologi sampai pada tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang cukup dan kompeten.
Sudah siapkah Indonesia menjadikan EBT sebagai salah satu sumber energi utamanya, kelak? Target bauran energi terbarukan 23% di tahun 2025 masih menjadi suatu tantangan besar bagi Indonesia, karena sampai tahun 2020, Indonesia baru bisa mencapai 11% produksi energi terbarukan.
Pertanyaannya, bisakah kita memenuhi target 23% itu pada 2025? Yang hanya tinggal 4 tahun lagi? Beberapa kalangan memang pesimistis hal itu tercapai, karena hingga kini masih banyak hal menyelimuti perjalanan EBT. Sebut saja UU EBT yang belum selesai, hingga masih tingginya harga jual listrik yang dihasilkan oleh energi terbarukan.
Ini belum lagi kalau kita bicara tentang sumber daya manusianya. Ini sebenarnya cukup penting untuk di antisipasi. Jangan hanya pembangunan infrastruktur, kebijakan dan lainnya yang mengemuka. Keberagaman sumber daya EBT sudah barang tentu menuntut keberagaman yang lain, seperti keberagamanan teknologi yang dipakai, begitu juga keberaagaman kompetensi SDM. Tuntutan penguasaan teknologi, membutuhkan ketersediaan SDM yang terdidik, baik itu bersumber dari pendidikan vokasi sampai pada pendidikan perguruan tinggi.
Banyak studi yang mengungkapkan bahwa EBT dan pengembangan sumber daya manusia nya menjadi fondasi dasar kebutuhan Indonesia kedepan. Kemampuan SDM untuk mengoperasikan dan untuk memelihara fasilitas EBT dinilai sangat terbatas. Ini sudah menjadi keprihatinan banyak institusi, ditingkat nasional maupun internasional. Karena itulah, diperlukan segera adanya cetak biru dan roadmap pengembangan SDM yang berkompetensi dalam penyediaan, pengembangan dan pemanfaatan EBT.*
