JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menggandeng perusahaan pengekspor minyak jelantah PT Gapura Mas Lestari (GML) guna memenuhi kebutuhan bahan baku dalam produksi bioavtur atau sustainable aviation fuel (SAF).
Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan kerja sama ini untuk memperkuat kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam mencapai tujuan energi berbasis keberlanjutan di Indonesia. PT GML merupakan salah satu perusahaan pengumpul dan eksportir used cooking oil (UCO) di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.
“Kolaborasi antara KPI dan PT GML dengan pengalaman dalam rantai pasok mulai dari pengumpulan sampai dengan pasokan UCO diharapkan dapat mendukung dan menjamin pasokan feedstock untuk Proyek Green Refinery Cilacap,” ujar Taufik dalam keterangan tertulis, Senin (16/12/2024).
Taufik mengatakan, proyek Green Refinery Cilacap direncanakan akan mengolah feedstock minyak jelantah atau used cooking oil (UCO) dengan kapasitas 6.000 barel per hari untuk menghasilkan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dan SAF dengan total produksi diperkirakan mencapai sekitar 300 ribu kiloliter per tahun.
Kilang Cilacap saat ini telah mampu menghasilkan HVO dan SAF. Produk HVO diolah dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), yang diberi nama Pertamina Renewable Diesel (RD) dan 100% berasal dari minyak nabati.
Produk HVO yang dihasilkan selanjutnya akan menjadi komponen campuran dalam diesel yang memiliki kualitas superior dibandingkan dengan biodiesel FAME. Produk ini dirancang untuk memenuhi standar tertinggi penggunaan di negara-negara dengan empat musim, seperti pasar Eropa dan Amerika. Sementara itu, SAF 2,4% dibuat dengan bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) atau dari inti sawit yang diproses.
Untuk produk SAF dari Green Refinery Cilacap diharapkan dapat mendukung pasokan untuk implementasi penggunaan SAF dalam bahan bakar industri aviasi, selaras dengan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel.
“Proyek green refinery ini bukan hanya tentang menyediakan sumber energi alternatif, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat, mendukung pertumbuhan lokal, serta mengurangi dampak lingkungan,” ujarnya.
Proyek Green Refinery menunjukkan kontribusi signifikan terhadap pencapaian komponen keberlanjutan terkait penanganan perubahan iklim (SDG 7 dan SDG 13). Dengan mengolah UCO menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan, proyek ini tidak hanya berfokus pada penyediaan sumber energi terbarukan tetapi juga berperan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.
Inisiatif Green Refinery di Cilacap secara jelas mencerminkan komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang lebih bersih, serta menjaga keseimbangan ekosistem demi masa depan yang berkelanjutan.jef