Smelter Gresik dan Efek Domino Ekonomi Jatim

oleh -119 views
oleh


Sejarah baru terukir di negeri ini. Ini setelah Smelter tembaga single line terbesar di dunia, resmi beroperasi di Indonesia, , Kamis (27/6/2024). Kehadiran smelter ini membuat posisi tawar Indonesia di sektor pertambangan lebih meningkat lagi. Kita tak lagi mengeskpor bahan mentah, tetapi sudah lebih bernilai lagi. Ini penting, karena masyarakat dunia sedang menggencarkan tren energi baru terbarukan. Paling penting, kehadiran smelter membawa pengaruh positif terhadap perekonomian, khususnya Jatim. Seperti apa dampaknya?

Oleh: Erfandi Putra

Kehadiran smelter tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah pasti menjadi angin segar bagi Jatim, khususnya dan Indonesia pada umumnya.

“Kita akan ‘memetik’ nilai tambah dalam pelaksanaan ekspor yang dihasilkan smelter tersebut. Masyarakat Jatim pasti bangga dengan kehadiran pabruik tersebut,” kata Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si, Head, Doctor of Management & Entrepreneurship Universitas Ciputra kepada Global Energi, Senin (8/7/2024).

Ia mengatakan, kita harus mengapresiasi langlah pemerintah Indonesia yang berkomitmen untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi nasional melalui hilirisasi industri, dan tembaga menjadi salah satu fokus utama. Dalam rangka mendukung kebijakan ini, peran off-takers domestik, termasuk pengguna bahan baku tembaga, menjadi sangat penting dalam proyek Smelter Freeport ini.

Hingga saat, Indonesia masih mengandalkan impor produk hilirisasi tembaga seperti copper tube, copper tape, evaporator tembaga, dan komponen-komponen EV seperti kabel, inverter, dan baterai. Kehadiran Smelter PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik diharapkan menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mendorong hilirisasi industri.

Smelter PTFI merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia, dengan kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Proyek senilai Rp 58 triliun ini tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan konstruksi dalam negeri, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan multiplier effects bagi masyarakat Gresik.

Bersama dengan smelter PT Smelting, Smelter PTFI mampu memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak. Keberadaan smelter ini memungkinkan seluruh konsentrat tembaga PTFI diolah dan dimurnikan di dalam negeri, termasuk lumpur anoda dari PT Smelting.

Prof. Murpin yang juga Ketua Persatuan Guru Besar Indonesia (Pergubi) DPD Jatim itu mengatakan, dengan beroperasinya smelter ini, Indonesia diproyeksikan mampu meningkatkan ekspor tembaga, memperkuat nilai tukar rupiah, dan mencapai kemandirian industri. Hal ini sejalan dengan strategi “natural hedging” pemerintah untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Di samping itu, integrasi dari hulu ke hilir dalam proses produksi tembaga ini menghasilkan royalti yang signifikan bagi negara, baik dari emas maupun perak.

Kehadiran smelter ini diharapkan menjadi motor penggerak hilirisasi industri, khususnya di sektor EV. Pemerintah optimis bahwa dengan hilirisasi industri yang masif, Indonesia dapat menjadi pemain utama di pasar global dan semakin memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Terbesar
Seperti diketahui pemerintah meresmikan smelter tembaga milik PTFI, yakni Smelter Manyar, di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur, Kamis (27/6/2024) dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat tembaga.

“Puji syukur kita bisa hadir menyaksikan pabrik yang luar biasa, dapat terbangun dalam waktu 30 bulan sejak dilakukan groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo,” kata Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara peresmian Operasi Smelter Gresik.

Menteri Airlangga menyampaikan rasa syukur karena pembangunan smelter tersebut merupakan bagian dari perjanjian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

“Hasilnya hari ini, ini paling hebat. Karena kita lihat, 3-4 tahun ke depan, tidak akan ada yang mampu membangun smelter seperti ini, di lahan 100 hektare, di mana pun,” katanya.

Ia menyatakan, pengoperasian Smelter Manyar tiba pada waktu yang tepat, karena masyarakat sedang menggencarkan tren energi baru terbarukan. Tren energi baru terbarukan, kata dia, membutuhkan mineral kritis.

“Kita punya nikel, kita punya cobalt, kita punya tembaga. Tembaga ini adalah revolusi daripada teknologi ke depan, semua baterai butuh tembaga, semua kabel perlu tembaga,” kata Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Suswantono, serta Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.

“Ini merupakan smelter tembaga single line terbesar di dunia, yang ada di Indonesia, khususnya di Gresik sini,” kata Tony.
Tony menjelaskan, hasil produksi dari smelter tembaga tersebut sekitar 650 ribu ton katoda tembaga. Smelter tersebut dapat memurnikan lumpur anoda untuk menghasilkan emas dan perak, serta beberapa logam lainnya.

“Jumlahnya emasnya kira-kira antara 50–60 ton dan peraknya sekitar 220 ton per tahun,” kata Tony.

Diperkirakan, pada pertengahan Agustus 2024, Smelter Manyar sudah bisa memproduksi katoda tembaga pertamanya. “Nanti di sekitar pertengahan Agustus, semoga bisa dilakukan sebelum atau dalam rangkaian acara peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2024,” kata Tony.

Sementara Bahlil bercerita mengenai lika-liku proses pembangunan smelter tembaga PT Freeport Indonesia yang melewati dinamika yang tidak mudah. Dia mengungkapkan, perencanaan pembangunan smelter Freeport sebagai pemenuhan komitmen dalam perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK), tidaklah mudah.

Menurut dia, awalnya, smelter ini sempat direncanakan akan dibangun di Maluku Utara. “Saya tahu betul membangun smelter ini nggak gampang. Ini sempat mau digeser ke Maluku Utara, dinamikanya minta ampun,” kata Bahlil.

Di samping itu, kata Bahlil, smelter Freeport yang kemudian direncanakan dibangun di Jawa Timur sempat mendapat protes dari masyarakat Papua. Alasannya, masyarakat Papua ingin hasil bumi dari tambang Freeport di Papua harus diolah juga di tanah Papua dan bukan di daerah lainnya.

Setelah dinamika panjang, pemerintah akhirnya memutuskan pembangunan smelter ini berada di Gresik, Jawa Timur. Namun, proses pembangunan juga sempat tertunda karena ada pandemi Covid-19.

“Saat 2021 waktu kita putuskan segera membangun, Covid, dan hari ini sama-sama kita bisa menyaksikan dengan prosesi commisioning operasi (di Gresik),” katanya.

Smelter tembaga baru Freeport ini merupakan smelter dengan desain jalur tunggal (design single line) terbesar di dunia ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat dan menghasilkan katoda tembaga 600.000-700.000 per tahun. Nilai investasi kumulatif untuk proyek yang menempati lahan 100 hektare di KEK JIIPE ini telah mencapai 3,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 58 triliun.

Sebelumnya, Bahlil mengatakan, pemerintah mendorong Freeport untuk membangun smelter lagi di Timika, Papua Tengah, dekat dengan tambang Freeport. Permintaan ini beriringan dengan rencana pemerintah yang akan menambah jumlah saham milik Indonesia di PTFI menjadi 61% pada 2041.

“Kita sedang memikirkan, begitu aturannya keluar, kita akan mengakuisisi lagi sahamnya tambah 10%. Sekarang kita 51%, kita ingin Indonesia harus mayoritas lagi, negosiasinya sudah selesai dan Freeport setuju untuk penambahan saham 10% pada 2041,” kata Bahlil saat kuliah umum yang digelar di Universitas Islam As Syafi’iyah, Bekasi, beberapa waktu lalu.

Bahlil menyampaikan, rencana pembangunan smelter ketiga PTFI di Fakfak, Papua Barat masih akan dikaji. Adapun, saat ini PTFI sudah membangun dua pabrik pemurnian atau smelter konsentrat tembaga, yaitu PT Smelting dan Smelter Manyar di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.

Kedua smelter ini memiliki kapasitas input 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga. Bahlil menuturkan, pembangunan smelter ketiga di Papua akan menjadi salah satu syarat bagi PTFI untuk dapat memperoleh perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) selepas 2041.

“Setelah ini (peresmian Smelter Manyar) kami akan melakukan proses pembicaraan untuk perpanjangan (IUPK) dan setelah kita sepakati untuk proses perpanjangan Freeport, salah satu syaratnya itu, mereka juga langsung untuk membangun smelter yang ada di Fakfak,” kata Bahlil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.