JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi kebutuhan subsidi listrik pada 2025 berpotensi naik hingga Rp 88,36 triliun.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan, naiknya subsidi listrik pada 2025 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp73,24 triliun dikarenakan adanya kenaikan sejumlah asumsi makro, yakni inflasi, harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan kurs, serta harga bahan bakar.
“Untuk kebutuhan subsidi listrik pada RAPBN 2025 sebesar Rp83,02-Rp88,36 triliun dengan asumsi inflasi sebesar 1,5-3,5%, kurs sebesar Rp15.300-Rp16.000 per dollar AS dan harga minyak mentah atau ICP sebesar 75-85 dollar AS per barel,” kata Jisman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (3/6/2024).
Jisman menyebutkan, usulan kebutuhan subsidi listrik ini bakal diberikan kepada golongan yang berhak atau diberikan kepada rumah tangga miskin dan rentan. Proyeksi subsidi listrik pada 2025 tersebut akan dialokasikan kepada pelanggan PLN sebanyak 42,08 juta.
Jumlah tersebut terbagi untuk rumah tangga dengan tegangan 450 VA sebanyak 45-46% dari anggaran. Lalu, diberikan juga kepada rumah tangga dengan tegangan 900 VA sebanyak 18%.
“Selebihnya diberikan untuk golongan sosial, industri, dan juga bisnis,” ujarnya.
Adapun, contoh untuk golongan bisnis kecil meliputi percetakan dan gudang swasta, untuk industri kecil seperti pabrik garam dan pabrik kopi. Kalau untuk golongan pemerintah mencakupi kantor kades dan untuk golongan sosial meliputi rumah sakit, panti asuhan, dan masjid.
“Untuk golongan curah yaitu pemegang wilayah usaha dan untuk traksi KRL kereta cepat dan MRT,” kata Jisman.
Penambahan Pelanggan
Sementara PT PLN (Persero) sukses mencatatkan penambahan pelanggan sebanyak 3,5 juta menjadi total 89,15 juta pelanggan di tahun 2023. Keberhasilan ini pun turut mengantarkan PLN meraih keuntungan terbesar dalam sejarah perseroan dengan laba bersih sebesar Rp22,07 triliun pada tahun 2023, sekaligus mencetak hattrick rekor laba bersih tertinggi selama tiga tahun berturut-turut sejak 2021.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN secara konsisten melakukan transformasi dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan. PLN tidak hanya berfokus pada peningkatan supply listrik tetapi juga berorientasi pada kepuasan pelanggan.
“Kami melakukan transformasi digital secara end-to-end dalam layanan pelanggan, sehingga membuat masyarakat semakin mudah mendapatkan akses listrik. Jika dahulu kami hanya berorientasi pada supply listrik, sekarang orientasi kami untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan,” ujar Darmawan.
Darmawan merincikan, pertumbuhan jumlah pelanggan disumbang paling besar dari tarif rumah tangga sebanyak 3.223.603, kemudian disusul tarif bisnis sebanyak 181.533 pelanggan. Sementara itu penambahan pelanggan tarif sosial sebanyak 72.311 pelanggan, tarif pemerintahan 28.393 pelanggan, dan tarif industri 27.217 pelanggan.
“Sehingga total pelanggan PLN sampai dengan 2023 sebesar 89.153.278 dengan rincian pelanggan rumah tangga sebanyak 81.551.325 pelanggan atau 91,47 persen dari total pelanggan, kemudian diikuti pelanggan tarif bisnis sebesar 4.706.947 pelanggan atau sebesar 5,28 persen dan pelanggan tarif sosial sebesar 1.993.101 atau sebesar 2,24 persen dari total keseluruhan pelanggan,” imbuh Darmawan.
Sementara itu total pelanggan golongan tarif pemerintahan sebanyak 595.941 atau sebesar 0,67 persen dari jumlah pelanggan dan tarif industri sebesar 206.770 atau sebesar 0,23 persen dari total pelanggan.
Darmawan mengatakan, peningkatan jumlah pelanggan di tahun 2023 ditopang oleh kecepatan penyelesaian daftar tunggu pelanggan di mana pengendalian material distribusi utama (MDU) dan kecepatan eksekusi penyambungan menjadi kunci utamanya. Dengan upaya ini, penyambungan pelanggan di tahun 2023 dapat terealisasi sebesar 3,5 juta sambungan pelanggan.
“Tren daftar tunggu tahun 2023 terus menurun. PLN berkomitmen untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, salah satu langkah yang dilakukan yaitu kecepatan penyambungan lebih baik dari tahun ke tahun dengan melakukan pengelolaan MDU, digitalisasi monitoring penyambungan melalui Virtual Command Center dan optimalisasi eksekusi penyambungan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Darmawan, pertumbuhan pelanggan dari golongan tarif rumah tangga juga didukung hadirnya program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) yang diinisiasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada keluarga prasejahtera yang tersebar di tanah air. Sepanjang tahun 2023 PLN telah menyambung program BPBL secara gratis bagi 131.600 keluarga prasejahtera.
Tak hanya itu, PLN juga menginisiasi program Light Up the Dream yakni sambung baru secara gratis kepada keluarga prasejahtera. Program yang berasal dari donasi pegawai PLN ini telah berhasil menyambung 20.942 keluarga.
Berbagai staregi untuk peningkatan jumlah pelanggan inipun berkontribusi pada peningkatan rasio elektrifikasi (RE) nasional menjadi 99,79% pada 2023 setelah sebelumnya RE Nasional menyentuh angka 99,63% di tahun 2022.
“Listrik ini merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Maka dari itu, PLN akan terus memberikan listrik andal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” pungkas Darmawan.agk,jef