PT Pertamina Patra Niaga resmi mengedarkan secara terbatas Pertamax Green 95 yang terbuat dari campuran bensin Pertamax (95%) dengan bioetanol (5%), Senin (24/7/2023). Sebagai informasi, bioetanol yang dimanfaatkan Pertamina berbahan dasar molase atau tetes tebu yang merupakan produk sampingan atau sisa dari proses pembuatan gula. Dengan meluncurnya produk ini, berarti bahan bakar minyak (BBM) beroktan 95 ini tidak hanya Shell, BP-AKR hingga Vivo, tetapi Pertamina mempunyai juga BBM dengan oktan 95.
Karena menggunakan bioethanol sebagai campuran, otomatis memerlukan pasokan dari tetes tebu. Sementara lahan tebu dari tahun ke tahun semakin tergerus berbagai bangunan. Bagaimana dengan kenyataan ini. Langkah pemerintah untuk meningkatkan lahan tebu bagus sekali. Hanya saja, bagaimana konsistensinya. Artinya, apakah planning untuk meningkatkan lahan tebu tersebut bisakah akan tercapai?
Persoalan penyediaan lahan tebu, khususnya penambahan lahan baru tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Petani pasti memikir bagaimana dengan harga tebu dan lainnya. Beetolak pada kenyataan itulah, pemerintah harus benar-benar mempersiapkan lahan baru untuk tanam tebu tersebut. Terutama untuk keperluan Pertamax Green 95.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian juga yakni bagaimana dengan pengujian produk tersebut. Pakah Pertamax Green 95 sudah layak benar. Kalau ada hasil uji cobanya, sebaiknya memang masyarakat mengetahuinya secara jelas. Karena itu sosialisasi harus dilaksanakan secara gamblang apa itu Pertamax Green 95 untuk memberiukan keyakinan kepada masyarakat.
Penjualan produk Pertamax Green 95 dengan campuran ethanol 5% diperlukan uji jalan dan dikaji apakah ada efek negatif terhadap mesin. Pengujian ini harus mencakup untuk jangka menengah dan jangka panjang tentunya. Harapannya, supaya produk Pertamax Green 95 bisa digunakan pada semua kendaraan.
Campuran energi berkelanjutan Indonesia masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, inovasi berbahan dasar tetes tebu ini bisa dilihat sebagai langkah kecil awal menuju pemanfaatan sumber-sumber bahan bakar berkelanjutan lainnya. Dan ini bukan kali pertama PT Pertamina membaurkan bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati (BBN). Sejak 2008, PT Pertamina mencampurkan diesel dengan biodiesel berbahan dasar minyak sawit yang baurannya saat ini mencapai 35%.
Sebelum akhirnya Pertamax Green diluncurkan, minyak sawit adalah satu-satunya bahan baku BBN yang pemanfaatannya mendapatkan mandat dan insentif dari pemerintah. Ekspansi perkebunan sawit masih memiliki risiko sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, selagi terus memperbaiki tata kelola sawit, pemerintah juga perlu mengoptimalkan penggunaan aneka sumber bahan baku dalam pengembangan BBN generasi kedua, yang berasal dari sampah atau limbah.
Meski demikian, pemerintah dalam hal ini Pertamina terus melakukan inovasi dal;am pengembangan BBM, Ini meruoakan langkah positif yang perlu mendapat apresiasi kita semua. Ini semua tak lain agar negara ini bisa mengurangi impor minyak yang setiap tahunnya terus meningkat. *