Menjaga “Amuk” Krisis Energi

oleh -93 views

Covid-19 yang membuat dunia menjadi “rapuh” memang mulai melandai. Belum tuntas dengan serangan virus yang mematikan itu, kini dunia dikejutkan dengan datangnya krisis energi. Lebih terkejut lagi, krisis tersebut dimulai dari negara-negara maju seperti Inggris, China dan India. Konon sejumlah negara negara lainnya juga sudah berapa diambang serupa.

Seperti kita ketahui, krisis tersebut dipicu oleh melonjaknya permintaan yang berdampak pada kenaikan harga energi. Sebenarnya, kenaikan kebutuhan energi menjadi salah satu indikasi pemulihan perekonomian. Kebutuhan energi yang meningkat akibat pemulihan ekonomi diperbesar dengan faktor lain seperti cuaca.

Hanya saja, dapat dipastikan sejumlah negara, terautama yang terkena krisis tidak serta merta menaikkan produksi yang sebelumnya menurun akibat pandemic.

Nah, dari sisi pasokan, negara-negara Eropa khususnya, tengah dihadapi oleh fenomena cuaca ekstrem, sehingga mempengaruhi kemampuan produksinya. Ini sungguh menjadi ancaman dunia. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sudah pasti kita pun harus waspada atas kejadian krisis energi ini. Pasalnya, Indonesia merupakan negara pengimpor energi, seperti minyak yang sudah pasti pula terkena dampak dari lonjakan harga energi.

Lonjakan harga ini menjadi krisis yang tidak terduga, di tengah
gentingnya keadaan membuat konsekwensi tersendiri. Ini menjadi tugas tersendiri bagi Pemerintah Indonesia. Apalagi sejumlah energi seperti minyak masih diimpor.

Saat ini tugas utama pemerintah yakni mengurangi dampak kenaikan harga energi di level masyarakat. Prioritas utama ialah untuk mengurangi dampak sosial dan melindungi masyarakat.

Memang tak mudah, karena untuk mencari solusi tidak seperti kiat membalikkan telapak tangan. Apalagi, kenaikan harga energy tersebut karena ketidakselarasan antara permintaan yang tengah meroket dan pasokan yang tengah menurun. Erfandi Putra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.