SURABAYA I GlobalEnergi.co – PT PAL Indonesia (Persero) melalui tu Divisi produksi di bidang Rekayasa Umum berhasil membangun Tsunami Early Warning System (TEWS) dalam bentuk Buoy. Keberhasilan pembangunan tersebut tidak terlepas dari pengalaman dalam pengembangan bangunan apung dan bertekanan.
“Dengan adanya TEWS dapat memberikan peringatan dini bencana khususnya Tsunami yang memiliki dampak cukup besar jika terjadi. Dengan adanya TEWS tersebut dapat meminimalisir dampak bencana yang akan muncul,” kata Sekretaris Perusahaan PT PAL Indonesia (Persero) Bapak Rariya Budi Harta dalam siaran pers, Rabu (10/2/2021).
Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) akan ditempatkan di titik-titik rawan bencana seperti perairan selatan Jawa dan Sumatera, perairan utara Sulawesi dan Papua, Laut Flores dan Laut Banda.
Kepala BPPT Dr Ir Hammam Riza, M.Sc telah meninjau langsung proses Wet Test Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) di PT PAL Indonesia. Hamman diterima langsung Direktur Rekayasa Umum & Harkan PAL Indonesia Sutrisno. Sinergi antara PAL Indonesia dan BPPT untuk mengembangkan InaTEWS tidak lepas dari respon tantangan transformasi industri, membangun ekosistem inovasi untuk mencapai kemandirian riset inovasi maupun industri.
Kepala BPPT berharap, PAL yang sudah menjadi mitra BPPT sejak lama untuk menjadi leader hilirisasi industri InaTEWS. Hal ini pun akan sejalan dengan Peraturan Presiden ) No 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami. “Kemitraan strategis yang terjalin antara PAL dengan BPPT sebagai wujud kemandirian bangsa dan kehandalan dalam mengelola dan memanfaatkan sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami,” katanya.
Indonesia memang terletak di simpang pertemuan tiga lempeng aktif, yaitu IndoAustralia di selatan, Eurasia di utara dan Pasifik di timur menghasilkan lebih dari 70 sesar aktif dan belasan zona subduksi. Ini pula yang memunculkan jalur gempa dan rangkaian gunung aktif di seluruh Indonesia. Setidaknya ada empat sesar (patahan) yang aktif dan sangat berbahaya bagi Indonesia. Dengan kondisi geologi seperti itu, Indonesia menjadi salah satu negara rawan bencana di dunia.
Tercatat pada awal abad 21 ini, Indonesia telah dilanda tsunami Aceh 2004 yang memakan korban hingga ratusan ribu jiwa. Setelah itu, pada 2006 tsunami kembali terjadi di selatan pulau Jawa, kemudian 2007 di Bengkulu, 2010 di Kepulauan Mentawai, terakhir 2018 tsunami baru saja menerjang kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dikutip dari dokumen Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami yang dibuat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia sebenarnya sudah memiliki sistem peringatan dini tsunami yang disebut sebagai Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS).
Sistem peringatan dini tsunami ini telah diluncurkan sejak November 2008. Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) adalah sistem peringatan dini tsunami. Ina-TEWS memiliki dua sistem pemantauan. Yang pertama adalah sistem pemantauan darat yang terdiri dari jaringan seismometer broadband dan GPS. Yang kedua sistem pemantauan laut (sea monitoring system) terdiri atas buoy, tide gauge, dan CCTV.
Ina-TEWS dapat mengolah informasi yang didapat dari sistem pemantauan darat dan laut tersebut dengan menggunakan perangkat Decision Support System (DSS) untuk menentukan apakah ada risiko tsunami setelah gempa. Setelah data tersebut diverifikasi, maka peringatan dini tsunami pun bisa dikeluarkan.
Dengan Ina-TEWS, BMKG mampu menerbitkan berita peringatan dini tsunami dalam kurun waktu lima menit setelah gempa bumi terjadi yang kemudian diikuti oleh beberapa kali berita pemutakhiran dan diakhiri berita ancaman tsunami telah berakhir. Berita peringatan dini berisi tingkat ancaman tsunami untuk wilayah dengan status “Awas”, “Siaga”, hingga “Waspada”. agk