JAKARTA I GlobalEnergi.co – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) siap menerapkan kebijakan bahan bakar biodiesel B40, yakni campuran 60% solar dengan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit. Program ini akan mulai diberlakukan pada 1 Januari 2025.
Untuk mendukung keberhasilan implementasi program B40, Kementerian ESDM menargetkan produksi biodiesel mencapai 15,62 juta kiloliter (kL) pada 2025.
Target tersebut meningkat 16,48% dibandingkan dengan produksi biodiesel B35 tahun ini yang berada di angka 13,41 juta kL.
“Target volume total itu 15,616 juta kiloliter, atau kita bulatkan 15,62 juta kL. Itu pun masih menggunakan kapasitas pabrik eksisting yang saat ini sudah mencapai 81%,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, dalam keterangannya, Selasa (17/12/2024).
Eniya menyebutkan, kapasitas produksi biodiesel di Indonesia sebenarnya masih belum maksimal. Jika pabrik-pabrik beroperasi secara penuh, total produksi bisa mencapai 19 juta kL.
“Masih ada jeda 19% karena kapasitas maksimal mencapai 19 juta kL, sedangkan saat ini kita baru menggunakan 15,62 juta kL atau sekitar 81%. Ini wajar karena pabrik-pabrik masih perlu melakukan fine-tuning dan persiapan lainnya,” jelasnya.
Untuk mencapai target ini, Kementerian ESDM melakukan sejumlah langkah, termasuk peningkatan kapasitas operasional pabrik biodiesel.
“Dulu kapasitas produksi pabrik rata-rata hanya 70%. Sekarang naik menjadi 81%, dan itu terus kami dorong,” tambahnya.
Selain peningkatan produksi, ESDM juga memastikan kesiapan fasilitas pencampuran atau blending di berbagai titik suplai.
“Kita pastikan titik suplai dan titik serah seperti di pelabuhan sudah siap,” katanya.
Kebijakan B40 juga telah melalui serangkaian uji teknis pada berbagai mesin, baik di sektor otomotif maupun non-otomotif.
Eniya menegaskan bahwa seluruh uji coba tersebut telah selesai dilakukan dan menunjukkan hasil positif.
“Pengujian B40 sudah dilakukan sejak tahun lalu, dimulai dari sektor otomotif, termasuk kendaraan roda empat dan roda dua. Tahun ini, pengujian sektor non-otomotif dilanjutkan sejak Maret 2024,” ujarnya.
Uji coba non-otomotif meliputi mesin kereta api, alat dan mesin pertanian (alsintan), kapal, genset, hingga alat berat di sektor pertambangan.
“Semua pengujian tersebut telah selesai dan hasilnya baik,” tutup Eniya.agk