ESDM Kaji Peta Jalan Hidrogen-Amonia Demi Kejar Swasembada Energi

oleh -5 views
oleh
Hydrogen renewable energy production - hydrogen gas for clean electricity solar and windturbine facility. 3d rendering.


JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji peta jalan pengembangan energi yang bersumber dari hidrogen dan amonia. Nantinya, kedua sumber energi baru terbarukan (EBT) ini harapannya bisa menjadi sumber energi transportasi.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, Presiden Prabowo sudah menetapkan ada prioritas pembangunan nasional di sisi ketahanan pangan, ketahanan energi, serta melanjutkan hilirisasi untuk memberikan nilai tambah di dalam negeri.

Selaras dengan target swasembada energi ini, Yuliot menyebut, transisi energi dari energi fosil ke EBT yang lebih ramah lingkungan terus didorong. Salah satunya ke penggunaan hidrogen dan amonia.

“Salah satu energi yang berperan dalam pergeseran dari energi yang berbasis fosil ke energi yang terbaru-terbarukan, termasuk hidrogen yang merupakan satu-satunya pembawa energi nol selain energi listrik,” kata Yuliot, di acara FGD Reviu Peta Jalan (Roadmap) Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) serta Launching GHES 2025, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/12/2024).

Menurut dia, Indonesia memiliki kesempatan baik untuk mengembangkan hidrogen dan amonia dalam mendukung upaya transisi energi dan dekarbonisasi global. Sebab, Indonesia memiliki modal kuat untuk mengembangkan hidrogen dengan sumber daya yang melimpah.

Selain itu, posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada dalam jalur perdagangan juga menjadi potensi besar yang bisa dimanfaatkan. Karena itu, menurutnya pengembangan hidrogen dan amonia ke depan bisa mengarah ke penggunaan kebutuhan pupuk hingga transportasi seperti untuk bahan bakar transportasi.

“Dari sisi pemanfaatan itu juga bias untuk, di samping kebutuhan pupuk, juga ini kita bisa memanfaatkan untuk transportasi, juga transportasi shipping aviasi, dan juga dalam rangka pengolahan industri dalam negeri, termasuk steel production pemanasan industri dan manufaktur itu bisa kita lakukan ” ujarnya.

Yuliot mengatakan, pengembangan hidrogen dan amonia merupakan salah satu strategi mengatasi perubahan iklim karena sifatnya ramah lingkungan. Selain itu, menambah hidrogen dan amonia menurutnya bisa menarik investasi sehingga menumbuhkan industri dalam negeri, serta menciptakan nilai tambah dan lapang kerja.

Di sisi lain, menurutnya untuk mencapai pengembangan hidrogen dan amonia yang optimal diperlukan kolaborasi dan kerjasama dengan berbagai negara, serta negara mitra internasional untuk transfer teknologi.

Salah satu kerja sama yang telah dijalankan Kementerian ESDM ialah bersama dengan Indonesian Full Cell and Hydrogen Energy (IFHE) untuk menjalankan Global Hydrogen Ecosystem Summit (GHES) pada April tahun 2025 mendatang.

“GHES 2025 akan menjadi momentum pertemuan utama para pemimpin industri,pembuat kegiatan, dan inovator untuk membentuk masa depan hidrogen. GHES 2025akan mendiskusikan langkah-langkah strategis dalam memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan hidrogen rendah karbon,” ujar Yuliot.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan, pihaknya akan melakukan review terhadap peta jalan hidrogen dan amonia nasional yang saat ini sedang dibahas. Pada tahun lalu Kementerian ESDM juga sudah memberikan gambaran nasional strategik hidrogen dan amonia.

“Teman-teman dari EBTKE sudah melakukan pembahasan dengan tim teknis untuk melahirkan SNI untuk properties atau jenis hidrogen dan juga untuk hidrogen refilling station jadi standar yang dikeluarkan,” ujar Eniya, dalam kesempatan yang sama.jef,dtc

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.