JAKARTA I GlobalEnergi.co – Raksasa migas asal Inggris, British Petroleum (BP) menandatangani kontrak engineering, procurement, construction, and installation (EPCI) onshore dan offshore dengan dua kontraktor senilai 3,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 56,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.700 per dollar AS) untuk proyek Tangguh UCC, Selasa (26/11/2024).
Adapun, dua kontraktor tersebut yaitu Saipem dalam konsorsium dengan mitra PT Meindo Elang Indah. Sementara itu, konsorsium kedua yakni JGC Holdings Corporation, melalui local subsidiary-nya PT JGC Indonesia.
Penandatanganan kontrak dilaksanakan oleh Procurement VP BP James Tehubijuluw, sedangkan penandatangan dari Saipem adalah Paolo Evangelista dan Vincent Chan dari Meindo.
Adapun, penandatangan dari JGC Indonesia adalah Soeryadi. Turut menyaksikan penandatanganan kontrak Kepala SKK Migas Djoko Siswanto dan BP Regional President Asia Pacific Kathy Wu. Penandatanganan kontrak EPCI merupakan tindak lanjut dari BP dan mitra strategisnya yang mengumumkan keputusan investasi akhir (final investment decision/FID) senilai 7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 111,3 triliun. FID itu untuk proyek Tangguh Ubadari, Carbon Capture Utilization & Storage/CCUS, dan Compression atau Tangguh UCC di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, sebagai proyek strategis nasional (PSN), proyek ini memainkan peran penting dalam mendukung Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Proyek tersebut juga diklaim dapat membantu RI mencapai target produksi gas nasional dan memajukan upaya dekarbonisasi untuk mencapai tujuan pengurangan emisi nasional.
Dengan proyek ini, Djoko menyampaikan, menjelang akhir 2024, proyek UCC telah berhasil mencapai dua tonggak penting dalam perkembangannya.
“Tonggak sejarah pertama adalah keputusan FID yang diumumkan manajemen BP saat pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di London, Kamis (21/11/2024) lalu.
Saat ini, kita menyaksikan pencapaian besar kedua, penandatanganan kontrak EPCI untuk fasilitas darat dan lepas pantai,” ucap Djoko melalui keterangan resmi.
Dia pun meminta BP agar mengambil pelajaran dari pelaksanaan Proyek Train 3. Oleh karena itu, BP harus proaktif mengatasi permasalahan yang muncul dan mendiskusikannya dengan SKK Migas untuk mencari solusi yang efisien dan efektif.
Djoko juga meminta agar BP jangan menunggu sampai ada masalah yang muncul. Menurutnya, jika perusahaan itu menghadapi masalah maka harus diidentifikasi dan dilakukan upaya penyelesaian sejak dini. Dengan begitu, proyek ini bisa selesai sesuai rencana baik dari segi jadwal maupun biaya.
“Selain itu, keandalan fasilitas produksi yang sedang dibangun harus dijaga untuk meminimalkan penghentian yang tidak direncanakan di masa mendatang”, imbuh Djoko.
Sementara itu, BP Regional President Asia Pacific Kathy Wu menyampaikan Proyek Tangguh berpotensi menghasilkan 3 triliun kaki kubik sumber daya gas tambahan bagi pemenuhan kebutuhan energi yang terus meningkat di Indonesia dan Asia. Hal ini sekaligus mendukung upaya dekarbonisasi Indonesia melalui reinjeksi atas sekitar 15 juta ton CO2 pada fase awal.
“Investasi senilai 7 miliar dollar AS dari BP dan para mitra Tangguh ini merupakan bukti komitmen kami bagi ketahanan dan keberlanjutan energi Indonesia serta pengembangan wilayah Papua,” ucap Kathy Wu.
“Kami tidak mungkin mencapai keputusan akhir investasi proyek besar ini tanpa dukungan dari Kementerian ESDM dan SKK Migas. Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas dukungan dan kolaborasi yang telah terjalin selama ini,” tambahnya.jef