JAKARTA I GlobalEnergi.co – Indonesia menyepakati kerja sama strategis di bidang mineral kritis bersama Pemerintah Inggris.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan, kerja sama ini mencakup pertukaran teknologi dan keahlian di bidang mineral kritis, secara berkelanjutan. Penandatanganan nota kesepahaman atau MOU ini dilakukan oleh Bahlil bersama Menteri Pembangunan Inggris Anneliese Dodds mewakili Kementerian Urusan Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris.
“Ini bagian tindak lanjut dari apa yang menjadi kesepakatan selama ini antara kedua negara. Saya dan Ibu Menteri sudah menandatangani tinggal kami akan menjalankan tindak lanjutnya,” kata Bahlil dalam siaran pers, Rabu (18/9/2024).
Bahlil menyebut, MoU ini akan menjadi pondasi kerja sama selanjutnya antar dua negara. Kerja sama ini bertujuan untuk membangun kerangka kerja sama antara Indonesia dan Inggris dalam memfasilitasi pembagian pengetahuan teknis, saran, keterampilan, dan keahlian tentang mineral kritis yang berkelanjutan, serta untuk mengurangi potensi risiko lingkungan dan sosial yang terkait dengan kegiatan pertambangan.
MoU antara Indonesia dan Inggris memiliki area kerja sama, seperti sumber daya mineral, kegeologian, pertambangan, pengolahan, manufaktur, daur ulang, teknologi pertambangan modern, pasca-tambang, dan rehabilitasi lingkungan.
Doods menyebut, MoU tersebut penting bagi hubungan kerja sama kedua negara yang selama ini sudah kuat, dan diperbarui lagi melalui kerja sama ini.
“Saya sangat senang bahwa kami telah menyelesaikan MoU ini. Agar kami bisa bersama-sama memastikan potensi dari pertumbuhan hijau, potensi lapangan kerja, dan potensi positif bagi masyarakat setempat,” kata Dodds.
Dia mengatakan, MoU ini akan menciptakan framework bagi kerja sama dan kolaborasi antara Inggris dan Indonesia terkait mineral kritis. MoU ini juga mendukung berbagai isu, komitmen bersama, investasi, penciptaan lapangan kerja, dan untuk memastikan adanya manfaat bagi masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyebut, terdapat 16 Proyek Strategis Nasional atau PSN bidang mineral kritis senilai Rp 248,75 triliun. Proyek-proyek tersebut diharapkan menjadi tulang punggung transisi ekonomi di Indonesia.
Airlangga mencatat, PSN mineral kritis merupakan smelter yang akan mengolah nikel menjadi feronikel, bauksit menjadi alumina, tembaga menjadi katoda tembaga, dan pasir besi menjadi pig iron. PSN mineral kritis yang akan rampung pada tahun ini adalah smelter katoda tembaga milik PT Freeport Indonesia senilai Rp 38,35 triliun dan smelter feronikel milik PT Aneka Tambang.
“Proyek strategis mineral kritis ini diharapkan jadi tulang punggung transformasi perekonomian nasional dan diharapkan dapat selesai pada waktunya,” kata Airlangga dalam Rakernas Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN, Selasa (14/5).
Airlangga memaparkan, jenis smelter dengan kapasitas produksi terbesar dalam 16 PSN tersebut adalah smelter bauksit ke alumina sebesar 3 juta ton per tahun. Angka tersebut diikuti smelter nikel ke feronikel sekitar 2,5 juta ton per tahun, smelter pasir besi ke pig iron sejumlah 1,6 juta ton, dan smelter tembaga ke katoda tembaga yang hanya 680.000 ton.
Sementara itu, nilai investasi smelter terbesar dijadwalkan rampung setelah 2025 yang mencapai Rp 95,29 triliun. Smelter tersebut adalah smelter nikel ke feronikel dan smelter nikel terintegrasi yang dimiliki PT Vale Indonesia Tbk.
Airlangga mengatakan, smelter yang dibangun di dalam negeri mengolah komoditas yang sangat dibutuhkan dunia. Sebab, Airlangga menjelaskan mineral kritis tersebut merupakan salah satu safe haven bagi investor internasional. Safe haven adalah pilihan investasi dengan risiko rendah. Umumnya investasi safe haven menjadi pilihan investor di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Kita beruntung karena kita punya komoditas-komoditas mineral yang menjadi andalan,” ujarnya.jef