BOJONEGORO I GlobalEnergi.co – ExxonMobil Cepu Limited (ECML) memulai program tajak Banyu Urip Infill Clastic di lapangan Banyu Urip. Dalam program ini total ada tujuh sumur yang dibor dan diproyeksikan bakal menambah produksi minyak blok Cepu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, tajak kali ini mampu menutupi gap penurunan produksi yang tengah terjadi.
“Jadi lapisan ditajak infill, hasilkan 20-30 ribu barel per hari (bph), sehingga bisa menutup laju penurunan produksi, kita harapkan lapangan clastic hasilkan output dengan lapangan karbonat. Kalau dulu 400 juta barel , clastic ini kita harapkan sama. Kita dukung upaya Exxon,” kata Arifin dalam seremonial tajak sumur infill clastic di lapangan Banyu Urip, Jumat (1/3/2024).
Pemboran sumur infill carbonate merupakan bagian dari drilling campaign di Blok Cepu yang dilakukan oleh Exxonmobil dimulai tahun 2024 hingga tahun 2026 yang terdiri dari pemboran 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics. Kegiatan pemboran ini dilakukan di antara sumur produksi existing yang ada di lapangan Banyu Urip untuk mengambil minyak yang tidak bisa diambil oleh sumur sebelumnya sekaligus untuk membuktikan cadangan reservoir clastics (reservoir batu pasir).
Kegiatan ini diharapkan dapat menambah produksi lapangan Banyu Urip sebesar 42 juta barel sehingga dapat meningkatkan produksi minyak di lapangan Banyu Urip yang saat ini berkontribusi sekitar 25% dari produksi minyak secara nasional.
Arifin mengatakan, apresiasinya terhadap ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang mampu menjaga produksi di blok ini dengan optimal, yang awalnya potensinya adalah 400 juta barel, sampai hari ini sudah menghasilkan 630 juta barel dan berpotensi hingga 1 miliar barel. Saat ini, produksi di blok ini mulai menurun, oleh karenanya bersama pemangku kepentingan mendorong untuk menjaga produksi Banyu Urip.
“Saat ini direncanakan ada 7 pemboran, jika dibandingkan 8 tahun lalu tidak ada sama sekali pemboran. Harapannya, lapangan Clastic memiliki potensi yang sama dengan lapangan Carbonat yang memiliki potensi hingga 1 miliar barel,” katanya.
Arifin mengharapkan dari kegiatan pemboran sumur infill dan clastic akan ada tambahan 20.000 hingga 30.000 barel per hari sehingga bisa menahan laju penurunan produksi, serta kedepannya diharapkan lapangan Clastic menghasilkan yang sama dengan lapangan Carbonat
President ExxonMobil Indonesia Carole Gall mengungkapkan, program ini jelas langsung akan berdampak terhadap upaya untuk mengejar target produksi minyak.
“Kami bangga memulai infill clastic program, berkontribusi langsung target 1 juta barel,” kata Carole.
Dari tujuh sumur yang akan dibor hingga tahun ini lima diantaranya merupakan sumur karbonat sementara sisanya clastic. Pemboran bakal dilakukan sepanjang tahun ini dengan awal produksi diproyeksikan pada Juni.
Tajak akan dilakukan oleh Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling) dengan menggunakan Rig PDSI #40.3 yang berspesifikasi Rig Cyber Electric VFD System dengan kapasitas 1500 HP.
Keunggulan Rig ini adalah Fast Walking/Skidding, Compact Rig dan Batch Drilling. Portofolio rig ini berhasil melakukan pengeboran Batch Drilling Exxon Mobil Cepu Limited Banyu Urip pada tahun 2013-2015. Dengan Achievement 0 LTA dan Down Time dibawah 2%. Serta rig ini mendapatkan penghargaan sebagai Nominated Best Rig on Exxon Mobil Rig Drilling World Wide.
Sementara itu Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, SKK Migas memberikan perhatian yang besar terhadap upaya menjaga produksi lapangan minyak di Banyu Urip agar tetap optimal. Dia menyampaikan bahwa produksi lapangan Banyu Urip telah melampaui yang ditargetkan dalam plan of development (POD), hal ini berkat berbagai upaya dan terobosan yang dilakukan oleh SKK Migas dan Exxon Mobil dalam menjaga kinerja blok Banyu Urip.
“Tajak sumur infill carbonate lapangan Banyu Urip adalah upaya lanjutan yang dilakukan oleh SKK Migas dan Exxon Mobil selaku operator untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 42 juta barel dengan tetap memperhatikan kemampuan dan daya dukung reservoir yang ada,” kata Dwi.
Dwi menambahkan, kontribusi lapangan Banyu Urip sangat diharapkan mengingat saat ini menopang 25% produksi minyak nasional.
“Sangat diharapkan kontribusinya untuk mencapai target peningkatan produksi dimasa depan, yaitu produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2030 untuk mendukung ketahanan energi nasional,” katanya.agk