JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT PLN (Persero) bersama PT Pupuk Indonesia dan ACWA Power, Arab Saudi bakal bekerja sama membangun pabrik hidrogen terbesar di Indonesia. Pengembangan proyek Integrated Green Hydrogen Project dan Green Ammonia ini dibahas dalam agenda bussines matching di Asean Indo-Pacific Forum (AIPF), Rabu (6/9/2023).
Proyek bersama ini nantinya akan menghasilkan green hydrogen dan green ammonia sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, kerja sama ketiga pihak antara PLN, Pupuk Indonesia dan ACWA merupakan wujud konkret kedua negara dan perusahaan untuk mencapai target dekarbonisasi.
Darmawan menjelaskan lewat hilirisasi hidrogen, tidak hanya menghasilkan listrik, tapi proyek ini sekaligus menjawab kebutuhan ammonia bersih atau green ammonia dan green hydrogen yang bermanfaat sebagai energi alternatif.
“Proyek ini akan menghasilkan hidrogen yang berfungsi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Pabrik hidrogen ini juga akan mengembangkan hilirisasi energi berupa green ammonia dan green hydrogen yang bisa diserap oleh industri pupuk,” kata Darmawan dalam keterangan resmi, Kamis (7/9/2023).
Executive Vice President Pengembangan Bisnis Korporat dan Investasi PLN, Sapto Aji Nugroho menjelaskan proyek ini akan menjadi pabrik hidrogen pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan bahan bakar energi alternatif yang meningkatkan efisiensi sektor kelistrikan dan sektor pangan. Nantinya, pabrik hidrogen terintegrasi ini mampu menghasilkan 30.000 ton green hydrogen dan 120.000 ton green ammonia serta menambah kapasitas listrik yang berasal dari energi bersih sebesar 200 megawatt.
Lewat bussines matching kali ini, ketiga perusahaan akan membahas lebih detail lagi timeline pembangunan proyek. Selain itu, ketiga perusahaan juga akan mendetailkan aspek teknis, legal, komersial, hingga risiko.
“Kerja sama ini sudah memasuki tahapan Joint Development Study Agreement (JDSA) serta menjadi pilot project terbesar di Indonesia,” ujar Sapto.
Proyek ini juga menjadi salah satu kerja sama transisi energi yang solid dan akan menjadi showcase pada gelaran COP 28 di Dubai Desember mendatang. Dia menuturkan, proyek tersebut ditargetkan sudah bisa melaksanakan financial close pada tahun depan dan mulai tahap konstruksi pada 2025.
“Kami menargetkan, pada tahun 2025-2026 mendatang proyek ini akan masuk dalam tahap pembangunan sehingga ditargetkan tahun 2027 sudah mulai beroperasi,” jelasnya.
Bagi PLN, kerja sama ini merupakan langkah strategis perusahaan dalam pengurangan emisi karbon. Proyek hidrogen terintegrasi ini juga meningkatkan portofolio bisnis perusahaan dan mampu meningkatkan multiplier effect bagi negara.
Gandeng Prancis
Sebelumnya PLN juga sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Hydrogen de France SA (HDF) untuk pengembangan teknologi hidrogen di Indonesia, April lalu.
Penandatanganan nota kesepahaman ini turut disaksikan oleh Menteri Perdagangan Luar Negeri Prancis Olivier Becht dan Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Andorra, dan Monaco, Mohamad Oemar. Darmawan menambahkan, ke depannya PLN akan mengganti pembangkit-pembangkit diesel berbasis fosil di kawasan-kawasan terisolir di Tanah Air.
Kerja sama pengembangan teknologi hidrogen dengan HDF ini akan menjadi solusi pemanfaatan potensi alam di Indonesia melengkapi pembangkit bertenaga surya dan angin yang memiliki intermitensi atau keterbatasan faktor cuaca.
Darmawan mengatakan, perseroan ingin mengakselerasi pengembangan teknologi hidrogen sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil lewat kerja sama dengan perusahaan asal Prancis tersebut.
“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada HDF atas kolaborasi ini khususnya terkait pengembangan pemanfaatan hidrogen di sektor pembangkitan,” kata Darmawan melalui keterangan resmi, Rabu (19/4/2023). agk,jef