JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina melaksanakan kerjasama dengan perusahaan gas dari Jepang yakni Osaka Gas Co., Ltd (DAIGAS), JGC Holding Corporation (JGC), INPEX Corporation (INPEX) untuk proyek energi bersih biomethane.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan menjelaskan, bio-methane dalam hal ini bersumber dari limbah minyak kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Pada proyek biomethane dari POME ini, PGN berpartisipasi mendukung hubungan G to G di negara-negara Asia untuk memastikan keamanan suplai dan keterjangkauan energi di masa transisi energi untuk mencapai target karbon netral.
“Ini sejalan dengan kesiapan PGN untuk mengembangkan biomethane yang pemanfaatannya setara dengan gas bumi bagi berbagai sektor,” kata Heru dalam keterangannya, Rabu (8/3/2023).
Heru juga menyatakan, kesiapan distribusi biomethane yang dapat menggunakan jaringan pipa maupun non pipa gas bumi PGN Group.
Kerjasama ini akan sangat membantu dalam akselerasi pengembangan Biomethane di Indonesia.
Dengan portofolio PTPN dalam pengolahan minyak kelapa sawit, kajian dapat diperdalam pada pabrik kelapa sawit dan pabrik pengolahan POME, sebagaimana yang diperlukan untuk fasilitas produsi Bio-CNG turunan POME dan pembuatan kredit karbon atau biosertifikat.
Melalui kerjasama ini, dapat dilakukan pengukuran terhadap Chemical Oxygen (COD) POME dari pabrik minyak kelapa sawit untuk memperhitungkan risiko penurunan produksi bio-metana tahunan, sehingga dapat diantisipasi.
Selain kerjasama ini, PGN juga membuka peluang untuk bekerjasama dengan badan usaha lain yang bergerak di pengolahan kelapa sawit untuk meningkatkan kapasitas produksi yang dibutuhkan pasar.
“Biomethane sebagai salah satu energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, dapat menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil. Limbah pabrik kelapa sawit atau POME mengandung bahan yang menghasilkan emisi metana cukup tinggi,” kata Heru.
“Maka PGN bersama mitra berkomitmen mengoptimakan kerjasama ini untuk mengubah POME menjadi bio energi, agar dapat menambah pasokan energi bersih secara berkelanjutan,” sambungnya.
Proyek ini menindaklanjuti kerjasama PT Pertamina (Persero) selaku Holding Migas dengan DAIGAS, JGC, dan INPEX dalam kajian bersama mengenai proyek energi bersih di Indonesia.
Selain itu, juga mewujudkan program Asia Zero Emission Community (AZEC) yang diumumkan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam rangkaian presidensi G20 pada 14 November 2022 di Bali.
Dalam pengembangan bisnis Biomethane ini PGN juga telah mengandeng PT KIS Biofuels Indonesia. Kolaborasi ini dilakukan sebagai upaya mengoptimasi transisi energi menuju energi terbarukan dan tindak lanjut terhadap kesiapan pengembangan Biomethane. Kesepakatan kerja sama dilakukan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dalam acara SOE International Conference G20 di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu
CEO Subholding Gas Pertamina PGN M. Haryo Yunianto mengatakan keduanya sepakat pelaksanaan studi kelayakan bersama pengembangan bisnis biomethane, mulai dari pembangunan sampai pengembangan biomethane yang dapat dialirkan sampai ke pelanggan, baik dalam bentuk Bio-CNG maupun injeksi langsung ke infrastruktur pipa gas PGN.
“PGN dan KIS juga sepakat untuk penjajakan investasi bersama dalam rangka pembangunan pabrik Biomethane dan fasilitas pendukung lainnya. KIS akan menyediakan informasi teknis komersial kepada PGN terkait dengan proses produksi Biomethane, transportasi, dan pelanggan Bio-CNG,” ujarnya.
Sebagai informasi, Bio-CNG merupakan biomethane yang di kompres yang salah satunya melalui pengolahan dari limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang disebut dengan Palm Oil Mill Effluent (POME).
Limbah ini dapat membahayakan lingkungan karena menyumbang efek rumah kaca jika tidak diolah. Namun jika dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi sumber energi hijau yang ramah lingkungan. Karakteristik biomethane mirip dengan gas bumi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kendaraan, pemanas, dan generator listrik.
Haryo menambahkan, Bio-CNG dapat menjadi salah satu opsi untuk pasokan dalam memenuhi kebutuhan gas bumi di wilayah Sumatera. Karakter Bio CNG yang mirip dengan gas yang dialirkan oleh PGN maka memungkinkan fleksibilitas mekanisme swap/saling tukar antar kedua jenis komoditas tersebut.
PGN sendiri akan menyediakan informasi yang diperlukan oleh KIS Group dalam penyusunan model investasi yang layak secara teknis maupun komersial. Dengan kapabilitas KIS pada bisnis Bio-CNG, PGN berharap kerja sama ini dapat berjalan lancar, sehingga dapat menambah produksi CNG di PGN Group dan menjaga ketahanan pasok dengan biomethane.agk