JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk mencampurkan bahan bakar nabati (BBN) bioetanol dengan BBM RON 92 atau Pertamax.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan, keputusan itu diambil lantaran harga pembentuk Pertamax yang berada di level yang sama dengan bioetanol.
“Kalau dicampur di Pertalite kan secara harga pantauan kita Pertalite kan, lebih murah ya, kan Pertalite itu harganya Rp10.000, kalau bioetanol itu di angka Rp12.000 sampai Rp13.000,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (20/2/2023).
Rencana awal pencampuran bioetanol dengan porsi 5 persen dengan BBM RON 90 atau Pertalite dinilai bakal ikut mengerek keekonomian bensin subsidi tersebut.
“Jadi kalau dicampur Pertalite berarti kan nanti ada komponen harga tambahan yang harus dicari cara penyelesaiannya sehingga sekarang kita melihatnya ke Pertamax,” tuturnya.
Dia berharap peralihan pencampuran bioetanol dengan Pertamax diharapkan dapat mempercepat implementasi program bauran E5 tersebut. Nantinya, porsi Pertamax akan mencapai 95 persen pada tahap implementasi awal E5 yang ditarget efektif pada semester pertama 2023.
“Supaya implementasinya lebih cepat,” kata dia.
Kementerian BUMN menargetkan implementasi program E5 dapat terlaksana pada paruh pertama tahun ini. Penyaluran perdana direncanakan berlangsung di pom bensin khusus di Kawasan Surabaya yang berdekatan dengan produsen bioetanol.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, distribusi bioetanol membutuhkan proses logistik yang cenderung kompleks jika dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil. Alasannya, bioetanol cepat busuk lantaran berasal dari batangan tebu.
“Bahan bakar ini tidak bisa terlalu jauh dari pom bensinnya atau lokasi pengisiannya karena itu bisa busuk,” kata Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (13/2/2023). agk