JAKARTA I GlobalEnergi.co – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaksanakan penandatanganan tiga kontrak bagi hasil wilayah kerja (WK) eksplorasi WK Agung I, WK Agung II, dan WK North Ketapang. Sebelumnya pemerintah telah mengumumkan pemenang lelang ini pada Maret 2022 yang lalu.
Penandatangan kontrak ini dilakukan oleh perwakilan BP Indonesia sebagai pemenang lelang untuk Blok Agung I dan Blok Agung II serta Petronas sebagai pemenang WK North Ketapang dengan Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. Adapun penandatanganan ini disaksikan oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif di Jakarta, Senin (20/6).
“Telah dilaksanakan penandatanganan tiga kontrak bagi hasil wilayah kerja eksplorasi yang merupakan hasil penawaran langsung tahap 2 tahun 2021 dengan periode November 2021 sampai dengan Januari 2022,” Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Tutuka Ariadji di Jakarta, Senin (20/6/2022).
Tutuka menjelaskan, lebih lanjut mengenai perincian masing-masing wilayah kerja beserta nilai komitmen eksplorasi dan bonus tandatangan (signature bonus).
Pertama, kontrak bagi hasil WK Agung I berlokasi di lepas pantai Bali dan Jawa Timur dengan Kontraktor BP Agung I Limited dengan komitmen pasti eksplorasi yaitu Geology and Geophysics (G&G) study dan seismik 2 dimensi (2D) 2.000 kilometer persegi dengan total anggaran 2,5 juta dollar AS. Adapun bonus tandatangan senilai 100.000 dollar AS
Kedua, kontrak bagi hasil WK Agung II yang berlokasi di lepas pantai Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur dengan kontraktor BP Agung II Limited. Adapun komitmen pasti eksplorasi yaitu G&G Study dan seismik 2D 2.000 kilometer persegi dengan total angaran 1,5 juta dollar AS. Adapun nilai bonus tandatangan senilai 100.000 dollar AS.
Ketiga, kontrak bagi hasil WK North Ketapang berlokasi di daratan dan lepas pantai Jawa Timur dengan kontraktor Petronas North Ketapang SDN. BHD. Komitmen pasti eksplorasi yaitu G&G, seismik 3 dimensi (3D) 300 kilometer persegi, Multiclient Uplift Fee -Seismik 3D 262 kilometer persegi dengan total 8,14 juta dollar AS dengan bonus tandatangan senilai 500.000 dollar AS.
Adapun total keseluruhan investasi eksplorasi dan eksploitasi ketiga wilayah ini senilai 12,14 juta dollar AS dan bonus tandatangan senilai 700.000 dollar AS.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, tantangan yang dihadapi sektor hulu migas semakin besar khususnya terkait target net zero emission di 2060 dan bisa lebih cepat kalau mendapat dukungan masyarakat internasional. Dalam konteks low carbon, peran industri migas semakin besar karena pelaksanaan transisi ini memerlukan proses ketersediaan teknologi dan keuangan.
Di lain sisi, ke depannya permintaan energi akan terus meningkat sehingga dalam proses transisinya tentu harus diiringi dengan ketersediaan energi. Kalau energi berkurang dampaknya adalah anggaran akan tersedot banyak untuk pengadaan energi dari luar sehingga harus segera diantisipasi.
“Pemerintah optimistis melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi yang lebih masif,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Arifin menjelaskan, lebih lanjut, saat ini Indonesia masih memiliki 70 cekungan yang masih belum dieksplorasi dari total 128 cekungan yang ada di Indonesia. Adapun dia melihat bahwa kompetisi migas di tingkat global semakin ketat karena banyak sumber baru migas besar yang ditemukan.
Dengan adanya BP dan juga Petronas yang sudah mendapatkan ruang untuk melaksanakan pekerjaan pengeboran dan eksplorasi di WK Agung dan North Ketapang, Kementerian ESDM dan SKK Migas mendukung program pelaksanaan sebaik-baiknya supaya dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Dia berharap dengan penandatanganan ini dapat mendorong iklim investasi pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menambahkan, pihaknya menyambut baik dan bersyukur bahwa prosesnya penandatangan kontrak ini bisa diselesaikan.
“Dengan ini kita melihat bahwa investor terutama investor besar yakni BP dan Petronas masih melihat Indonesia sehingga tertarik untuk investasi ke depan,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.
Dwi mengatakan, diliriknya Indonesia juga karena dipicu oleh kondisi geopolitik atau konflik yang terjadi saat ini sehingga negara seperti Eropa melihat Indonesia sebagai wilayah baru yang menarik karena memiliki potensi cadangan gas lebih banyak daripada minyak.
“Mudah-mudahan dengan kondisi kita saat ini tentu masih ada sejumlah hal yang terus didorong yakni proyek Indonesia Deepwater Development (IDD), Abadi Masela bisa berjalan lebih cepat dan lebih banyak lagi investor asing yang datang ke Tanah Air,” ujarnya. agk