JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT Pertamina memproyeksikan penurunan impor premium pada tahun ini sembari meningkatkan impor pertamax demi memenuhi kebutuhan shifting product ke Pertalite.
Pertamina mencatatkan penurunan impor premium pada tahun 2020 yang sebesar 60,7 juta barel dibandingkan dengan impor tahun 2019 yang mencapai 70,3 juta barel.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, penurunan impor ini juga berpotensi kembali terjadi pada tahun ini menyusul proyeksi yang dikeluarkan Pertamina.
“Premium ini trennya menurun dalam tiga tahun terakhir yang kita impor dan tahun ini juga akan menurun,” jelas Nicke dalam RDP bersama Komisi VII, Selasa (9/2/2021).
Adapun, untuk tahun ini impor premium diproyeksi mencapai 53,7 juta barel dengan proyeksi harga sebesar 51,7 dollar AS per barel.
Kendati demikian, Nicke memastikan penurunan impor premium bakal diimbangi dengan peningkatan impor pertamax pasalnya terjadi shifting konsumsi BBM.
Nicke menjelaskan, konsumsi premium mulai berangsur menurun dan beralih ke pertalite. Untuk menghasilkan pertalite maka Pertamina harus mencampurkan premium dan pertamax.
Sepanjang tahun lalu, impor Pertamax tercatat mencapai 37,1 juta barel atau menurun dibanding tahun 2019 yang sebesar 48,4 juta barel.Pada tahun ini, impor pertamax diproyeksikan akan meningkat mencapai 59,3 juta barel.
Di sisi lain, secara total volume impor gasoline diproyeksi mencapai 113 juta barel atau naik 13,5% dibanding tahun 2020.
Nicke mengatakan, sepanjang tahun lalu penjualan BBM untuk non PSO mencapai 139,34 juta barel dan PSO mencapai 53,35 juta barel.
Ia pun memastikan, ke depannya Pertamina bakal berupaya menekan penjualan BBM PSO.
“Kami kan melihatnya pasar itu ada PSO dan non PSO. Kami dorong yang PSO supaya semakin kecil sehingga tidak menjadi beban dan yang non PSO kami tingkatkan. Itu yang kami rencanakan di 2021,” sambung Nicke.
Pada tahun ini, Pertamina memproyeksikan penjualan BBM non PSO bakal mencapai 162,56 juta barel dan non PSO mencapai 47,69 juta barel.jef