JAKARTA I GlobalEnergi – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong agar sektor ini dapat tumbuh lebih dua kali lipat, meskipun di saat bersamaan pemerintah mengembangkan pula energi baru terbarukan (EBT). Bukan hanya menjadi sumber penerimaan negara, sektor migas berperan besar dalam menggerakkan ekonomi.
Setiap tahunnya, industri ini menyumbang investasi setidaknya 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 142 triliun. Angka itu memberikan efek berganda hingga 1,6 kali dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
“Migas memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan industri Indonesia,” kata Airlangga dalam International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Kamis (3/12/2020).
Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Industri juga akan bermanfaat untuk memulihkan perekonomian nasional. Kebijakan ini membuat bahan bakar gas bumi menjadi lebih kompetitif. Pemerintah mematok maksimal harganya di 6 dollar AS per juta British Thermal Unit (MMBTU).
Ia menyebutkan, Indonesia telah berhasil melewati titik terendah perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari realsiasi pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2020 yang lebih baik daripada kuartal sebelumnya, dari minus 5,32% menjadi minus 3,49%.
Pemerintah Beri Insentif
Berbagai cara sedang pemerintah lakukan untuk menaikkan investasi migas. Mulai dari memangkas perizinan hingga membebaskan investor memilih skema kontrak bagi hasil. Keduanya tampaknya tak terlalu berhasil. Yang teranyar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berencana mengurangi pajak penghasilan dari 25% menjadi 20% atau 22% dalam dua tahun ke depan. Kebiajakn ini berlaku untuk industri migas dari eksplorasi hingga produksi. “Kebijakan ini tertuang dalam Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja,” katanya..
Ia menyebutkan, telah memakai semua instrumen untuk mendukung hulu migas. Pemerintah juga memberikan dukungan melalui pembebasan bea masuk bandara dan berbagai fasilitas lain di kawasan ekonomi khusus.
Chief Economist dari International Energy Agency (IEA) Laszlo Varro mengatakan, industri hulu migas Indonesia memiliki banyak keunggulan komparatif di antaranya kondisi demokrasi yang stabil serta fakta bahwa industri ini sudah beroperasi di nusantara lebih dari seratus tahun dan diminati oleh perusahaan-perusahaan internasional. Akan tetapi dia mengingatkan bahwa saat ini dunia sedang bertransisi kepada pemakaian energi terbarukan sehingga ke depan investasi di hulu migas akan semakin terbatas.
“Akan ada pemain yang tidak mendapatkan kesempatan karena kompetisi untuk menarik investasi akan sangat ketat,” ujarnya.
Untuk Indonesia, Laszlo menilai, potensi yang sangat besar adalah pengembangan proyek enhanced oil recovery (EOR) dan pemanfaatan gas CO2. Terkait dengan LNG, menurutnya potensi terbesar adalah mengembangkan fasilitas kilang LNG mini untuk memenuhi kebutuhan gas industri domestik.
Ketatnya persaingan seiring meningkatnya penggunaan energi terbarukan juga menjadi salah satu poin yang dibahas oleh Guy Outen, Senior Advisor dari Boston Consulting Group. Menurutnya, ke depan, proyek-proyek hulu migas harus benar-benar didesain dengan baik. “Hanya proyek terbaik dan paling kompetitif yang akan berhasil (menarik investasi),” ujarnya.
Sementara itu Acting President Indonesian Petroleum Association (IPA) Bij Agarwal mengatakan, perusahaan migas menyambut baik kebijakan pemerintah yang mengharuskan operator menggunakan konten lokal serta mengembangkan kapasitas mereka. Namun, menurutnya, mitra-mitra lokal yang bekerja sama dengan operator juga harus menjalankan upaya mengembangkan kapasitas sumber daya mereka terutama terkait penguasaan teknologi dan efisiensi biaya. “Hal ini penting karena yang kita inginkan adalah menarik investasi ke Indonesia,” ujarnya.
Penekanan tentang pentingnya keterbukaan data disampaikan oleh Stuart Payne, salah satu direktur otoritas minyak dan gas bumi Inggris atau the United Kingdom Oil and Gas Authority (OGA). Menurutnya, data migas yang tersedia harus memberikan informasi yang cukup bagi investor, baik terkait potensi maupun permasalahan yang mungkin timbul.
Dia mencontohkan langkah yang dilakukan Inggris pada saat mereformasi industri hulu migas di awal tahun 2019 di mana OGA meluncurkan repository data nasional untuk informasi. “Kebijakan ini memberikan perubahan besar pada usaha-usaha menarik investasi yang kami lakukan,” ujarnya.
Staf Ahli Menteri ESDM Nanang Untung mengatakan, pemerintah Indonesia memahami sepenuhnya akan kebutuhan data dan kompetisi antara proyek hulu migas saat ini. Terkait dengan kebutuhan data, pemerintah sudah menjalakan kebijakan untuk membuat data hulu migas lebih berkualitas dan transparan. “Kami berusaha mengadopsi pendekatan Mesir yang memberikan data yang memungkinkan investor membuat kalkulasi peluang kesuksesan investasi mereka di Indonesia,” ujarnya.
Ditambahkan, pemerintah juga terus mempertimbangkan paket insentif untuk kontrak-kontrak tertentu yang membutuhkan tambahan insentif supaya komersialisasi lapangan tetap terjaga. agk