JAKARTA I GlobalEnergi.co – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan lifting minyak dalam, mengelola wilayah kerja (WK) Rokan, Provinsi Riau.
Vice President Information Technology PHR Triatmojo Rosewanto mengatakan, AI digunakan untuk pemantauan kinerja pompa. Dengan teknologi, kemampuan prediksi meningkat, sehingga mampu mengidentifikasi pompa yang melemah hingga 20 hari lebih cepat. Hal ini memungkinkan perbaikan proaktif dan mengurangi risiko penurunan produksi, serta sekaligus mendukung peningkatan efisiensi.
Berdasarkan catatan Triatmojo, produksi minyak di WK Rokan memang naik selama 2021 hingga 2023. Tercatat, produksi minyak pada 2021 mencapai 159.000 barel per hari (BOPD). Sementara, produksi pada 2023 mencapai 161.620 BOPD.
“Sekarang kan di 161.000 an BOPD. Nah kalau pas 159.000 [2021] itu kita nggak ngapain-ngapain [tak pakai AI], itu mungkin tahun ini [lifting minyak] sudah 111.000-112.000 BOPD [saja],” kata Triatmojo di sela-sela acara Konferensi Pers Pertamina Hulu Rokan Digital Day 2024, Senin (11/11/2024).
Dia pun menuturkan transformasi digital ini menjadi tonggak penting PHR dalam menjaga stabilitas produksi. Ini khususnya di WK ROkan yang memiliki 11.300 sumur aktif.
Triatmojo menjelaskan dengan teknologi seperti Well Monitoring Systems yang menggunakan Rod Pump Simulator dan Rod Pump Controller (RPC), PHR mampu mengumpulkan data real-time untuk pemantauan produksi.
Ia menyebutkan, teknologi ini memungkinkan identifikasi dini terhadap potensi kerusakan dan perawatan preventif, yang mendukung optimalisasi produksi minyak mentah dengan efisiensi biaya yang lebih tinggi. Hasilnya, tingkat keberhasilan pekerjaan perbaikan sumur menjadi lebih tinggi, memastikan operasi tetap berjalan optimal dan berkelanjutan.
“Productivity ya kan dari kinerja kita ya produksi minyak, itu [AI] membantu,” ucap Triatmojo.
Selain AI untuk meningkatkan lifting, PHR juga menggunakan Robotic Process Automation (RPA) dalam mendukung efisiensi. Teknologi RPA ini telah mengotomatisasi lebih dari 60 proses dalam 44 proyek, yang menghasilkan penghematan sekitar 49.000 jam kerja atau setara dengan 23,78 Full-time Equivalent (FTE).
Triatmojo menjelaskan aplikasi utamanya dalam penyusunan laporan Technical Completion Reporting (TCR) kini dapat disusun dengan lebih cepat dan akurat, berkontribusi pada pencapaian target operasional dengan produktivitas yang optimal. Tak hanya itu, PHR juga menerapkan teknologi Mixed Reality (MR) melalui perangkat HoloLens memungkinkan inspeksi dan asistensi teknis secara virtual.
Menurut Triatmojo, teknologi ini mengurangi kebutuhan mobilisasi tim ke lapangan dan menekan risiko keselamatan. Teknologi MR ini juga dimanfaatkan dalam pelatihan simulasi, membantu teknisi dan engineer dalam memahami prosedur kerja tanpa berada langsung di area yang rawan dan berbahaya.
Triatmojo menyebut langkah ini tidak hanya meningkatkan kompetensi tenaga kerja tetapi juga memastikan keselamatan operasional tetap terjaga.
“Jadi peningkatan produksi, cost efisiensi, keselamatan. Paling nggak, [AI membatu] tiga hal itu,” katanya.agk