Indonesia Leader Energi Hidrogen di Regional, Mungkinkah?

oleh -71 views
oleh


Oleh: Natarianto Indrawan, Ph.D.,


Akhir-akhir ini perkembangan media di Tanah Air banyak yang sudah mulai meliput perkembangan industri hidrogen di Tanah Air. Khususnya sejalan dengan diresmikannya stasiun pengisian bahan bakar hidrogen bagi kendaraan oleh Pertamina dan PLN, beberapa waktu lalu. Tentunya hal ini merupakan hal yang sangat patut diapresiasi mengingat energi hidrogen merupakan salah satu kandidat energi masa depan yang paling menjanjikan dalam hal perannya dalam mempercepat proses dekarbonisasi di semua sektor.

Sebagaimana yang pernah kami paparkan pada edisi sebelumnya, energi hidrogen selain ramah lingkungan namun juga dapat diaplikasikan pada semua mode kendaraan, tidak hanya di darat (kendaraan roda empat, bus, truk dan sebagainya), namun juga mode transportasi laut (kapal penumpang, yarch, tanker dan lainnya) serta udara (pesawat penumpang, kargo dan sejenisnya). Hal yang menjadikan energi hidrogen menjadi primadona daripada teknologi baterai yang hingga saat ini masih kesulitan untuk mencakup semua hal tersebut.

Adanya peresmian dua stasiun pengisian bahan bakar hidrogen tersebut tentunya merupakan prestasi tersendiri bagi bangsa Indonesia. Ini mengingat dua stasiun hidrogen tersebut merupakan yang pertama kalinya dibangun tidak hanya di Indonesia namun juga di tingkat regional (baca: Asia Tenggara). Sehingga hal tersebut merupakan modal utama bangsa Indonesia untuk menjadi leading dalam perkembangan industri hidrogen di regional dan global di masa mendatang. Selanjutnya yang akan menjadi perhatian atau konsen bersama adalah bagaimana agar pencapaian yang telah dibuat tetap menjadikan Indonesia menjadi leading industri hidrogen di tingkat regional atau peluang itu bahkan ke tingkat global.

Ada beberapa point yang dapat menjadi fokus bersama bagi setiap stakeholder (baik pemerintah, swasta maupun regulator) untuk mewujudkan hal ini. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

Kekuatan sumber daya alam di Tanah Air
Keunikan energi hidrogen adalah bahwa energi ini dapat diproduksi oleh sumber yang bervariasi, mulai dari gas alam, hingga sampah organik, melalui berbagai proses teknologi yang sudah tersedia. Oleh karena itu, perlu difokuskan upaya untuk menggunakan kekuatan sumber daya alam dengan cadangan terbanyak di tanah air agar Indonesia dapat menjadi pemimpin industri ini di masa depan. Sebagai contoh, batubara sebagai salah satu sumber daya alam dengan cadangan melimpah di Tanah Air dengan total cadangan di atas 33 miliar ton pada akhir 2022 (Kementerian ESDM), sehingga peran para pelaku industri batubara dalam hal ini adalah sangat signifikan. Sebagai ilustrasi awal nilai keekonomian, hingga saat ini volume ekspor batubara tertinggi sebesar 3,5-4 juta ton yang tercapai Oktober 2022 dengan harga sekitar 410 dollar AS/ton .

Hal ini tentunya sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha pertambangan batubara, meski harga selevel ini bersifat temporer, khususnya di trigger oleh perang Rusia-Ukraina saat itu. Namun, bila batubara ini bisa dikonversi menjadi hidrogen, maka nilai keekonomian yang ditawarkan sekurangnya pada level 5.000 dollar AS/ton (untuk kondisi saat ini dengan teknologi steam methane reforming/SMR) dan nilai ini bersifat steady tidak terpengaruh oleh kondisi geopolitik global karena semua regional saat ini melakukan transisi ke energi hidrogen.

Tentunya, hal ini dapat menjadi agenda utama hilirasi yang sudah digaungkan pemerintah sejak beberapa tahun terakhir. Dan Ini baru dari sumber daya alam batubara saja, belum termasuk sumber daya gas alam, sampah biomassa dari perkebunan kelapa sawit, disamping dari potensi kelautan yang dimiliki (baca: air laut juga merupakan sumber utama energi hidrogen melalui proses elektrolisis).

Upaya untuk menciptakan iklim kompetisi produksi energi hidrogen
Dengan demikian, untuk mewujudkan Indonesia dapat tampil sebagai pemain (player) industri energi hidrogen di masa mendatang, hal yang paling mendasar yang perlu dikerjakan saat ini adalah perlunya iklim kompetisi untuk produksi hidrogen di tanah air.

Saat ini, tantangan utama industri hidrogen di global, tidak pada sektor transportasi atau infrastruktur penyimpanan, namun lebih kepada proses produksi hidrogen yang saat ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Departemen Energi, Amerika Serikat, selaku leading pada regulasi hidrogen dunia saat ini. Saat ini, energi hidrogen umumnya diproduksi dengan menggunakan menggunakan gas alam sebagai bahan baku melalui proses SMR sebagaimana disebutkan sebelumnya.

Proses ini mengeluarkan emisi karbon dan untuk menanggulangi hal tersebut, industri perlu menggunakan teknologi carbon capture sehingga proses bisa dianggap free carbon, dan layak untuk memperoleh tax credit yang bisa diterapkan oleh semua regulator di berbagai negara. Proses SMR ini pada umumnya dapat memproduksi hidrogen pada skala 5 dollar AS/kg. Beberapa proses lainnya seperti elektrolisis skala besar saat ini berada di kisaran 5-7 dollar AS/kg hidrogen. Hal ini akan cenderung terus turun mengingat saat ini para periset dunia sedang memberikan perhatian besar untuk menurunkan cost ini pada level 0,7-1,6 dollar AS/kg dalam satu hingga dua dasawarsa nanti.

Sementara, Departemen Energi Amerika Serikat menargetkan hal ini pada tingkat 1 dollar AS/kg hydrogen, sehingga, adanya upaya pembangunan iklim kompetisi hidrogen ini akan memperluas cadangan produksi hydrogen. Hal ini akan turut memastikan suplai energi ini bersifat kontinu dan reliable, sehingga kejadian kuartal ketiga tahun lalu di California, Amerika Serikat dimana hampir separuh stasiun pengisian bahan bakar hidrogen untuk kendaraan tutup dikarenakan keterbatasan pasokan, tidak terulangi kembali.

Urgensi penyediaan paket regulasi yang mendukung
Regulasi yang memadai dapat dirumuskan sedini mungkin untuk mendukung terciptanya cita-cita tersebut di atas. Regulasi yang memadai tidak hanya mencakup proses produksi, transportasi, hingga penyimpanan, namun juga pada insentif yang dapat diberikan kepada para pelaku usaha industri hidrogen saat ini dan di masa mendatang, dengan selalu melibatkan peta perkembangan industri hidrogen di regional.

Sebagai ilustrasi, pemerintah Amerika Serikat menawarkan paket insentif bagi para pelaku industri hidrogen yang dapat memproduksi hidrogen tanpa adanya emisi sebesar 3 dollar AS/kg hidrogen. Sehingga apabila mereka saat ini pada proses produksinya berada pada level 5 dollar AS/kg, dengan adanya insentif ini, maka hal tersebut akan menjadi 2 dollar AS/kg hidrogen, dan akan sangat membantu sekali dalam perkembangan teknologinya.*

Tentang Penulis

peneliti di grup riset hydrogen dan fuell cell, Departemen Energi, Amerika Serikat, pada 2018-2022. Bersama rekan nya di the National Energy Technology Laboratory (NETL), penulis berkontribusi teehadap perkembangan teknologi hidrogen dan fuel cell hybrid power plant, yang tercakup pada U.S. National Clean Hydrogen Strategy and Roadmap, yang telah dirilis pada Juni tahun lalu sebagai acuan perkembangan industri hidrogen di Amerika Serikat. Sejak akhir 2022, penulis terlibat dalam pembangunan salah satu hydrogen hub di wilayah Amerika Tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.